Mengulik Kisah Cinta Datu Museng dan Maipa Deapati, Makamnya Rutin Dikunjungi Peziarah

  • Bagikan
Makam Datu Museng

"Haram tubuhku disentuh orang Belanda," Safri menyampaikan ucapan Maipa Deapati di depan penulis.

Bahkan, kata dia, Maipa Deapati menawarkan syarat tidak masuk akal kepada utusan Belanda. Jika mereka bisa memindahkan Pantai Losari ke Pulau Lae-lae, begitupun sebaliknya, dia boleh disentuh Sinkelaar.

Sampai pada akhirnya, Belanda memerintahkan perang karena menganggap Datuk Museng perusuh. Karaeng Galesong yang dihasut Belanda akhirnya menjadi sekutu untuk menyingkirkan Datuk Museng.

"Orang-orang Museng hanya 40 orang dari Sumbawa," Safri melanjutkan ceritanya sambil menghela nafas.

Belanda dan Karaeng Galesong akhirnya mengadakan pertemuan, karena Datu Museng dianggap tidak bisa ditolerir sebab tidak ingin menyerahkan istrinya ke Belanda.

Ditentukanlah hari untuk menyerang Datuk Museng di kediamannya. Rumah pribadi tapi memang besar saat itu.

Datu Museng yang mengetahui hal itu, juga melakukan persiapan menyambut serangan Belanda dan sekutunya. Dia hanya memiliki satu senjata berupa keris bernama "mata tarampangna".

Sampai pada akhirnya Belanda sampai di rumah Datu Museng, Museng diminta keluar dari rumahnya. Belanda terus melakukan serangan. Orang-orang Datuk Museng pun satu persatu gugur.

"Dan, akhirnya yang tersisa, Datu Museng sibundu (berkelahi) dengan Karaeng Galesong (saya tidak tahu Karaeng Galesong yang pertama atau kedua)," terangnya.

Lama berkelahi, tidak ada yang terkena sabetan senjata. Lama-lama Karaeng Galesong mundur perlahan karena secara fisik kalah oleh Datu Museng.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan