Atas alasan janji terhadap istrinya tidak ditepati, dia melepas baju dan jimatnya. Dengan begitu, dia tidak lagi kuat seperti sebelumnya dan meminta Karaeng Galesong menusuknya dengan badik.
Datu Museng dan istrinya Maipa Deapati meninggal di tangan kekejaman Belanda pada 4 Maret 1765.
Siang itu, awan tebal hitam sementara menyelimuti kota daeng. Menandakan langit sebentar lagi akan kembali menumpahkan air matanya.
Air mata dari langit itu menangisi perjuangan Datu Museng dalam mempertahankan cintanya terhadap seorang istri yang sangat dicintainya, Maipa Deapati. (Muhsin/Fajar)