Kemudian di sekitaran tempat berdiri kokohnya dulu tribune para suporter, kini terlihat lebih menyeramkan dengan rumput-rumput serta pohon-pohon yang tumbuh tinggi menjulang.
Ketika musim penghujan tiba, beberapa sisi Stadion Mattoanging itu menjadi genangan air yang ditinggali kecebong.
Lalu, untuk pintu gerbang yang dulu selalu digunakan sebagai akses masuk ke dalam Stadion kini sudah ditutup dan hanya satu jalur saja yang dibuka.
Gerbang lain yang sudah ditutup itu tampak menggunakan besi yang sudah berkarat atau menggunakan atap seng sebagai penutupnya.
Meski kini kondisinya sangat miris, aktivitas sepakbola di Stadion Mattoanging ini tidak mati.
Salah satu lapangan kecil yang dulunya diketahui sebagai tempat pemanasan, sampai saat ini masih digunkaan anak-anak yang berdomisili di daerah sekitar untuk bermain bola.
Tak jarang, lapangan kecil itu dijadikan sebagai tempat latihan untuk beberapa sekolah sepak bola (SSB).
Salah satu warga sekaligus pelatih SSB yang menggunakan lapangan kecil tersebut sebagai tempat latihan, Agussalim Abdullah, mengaku sangat sedih dengan kondisi Stadion Mattoanging saat ini.
“Saya merasa sangat sedih sangat-sangat sedih. Saya tidak tahu siapa yang harus disalahkan,” kata Agussalim Abdullah kepada Fajar.co.id, Jumat (26/1/2024).
Pria paruh baya itu pun mempertanyakan status dari Stadion Mattoanging, karena menurutnya alasan dulu stadion ini dirubuhkan memang untuk didirikan kembali.
“Dulu ini dirubuhkan untuk didirikan kembali, tapi kenapa begini,” sesalnya.