"Singapore buat apa punya kereta cepat, gk perlu, pulau cuman segitu aja," kata akun @asfan_w***h
"Kalau Malaysia pakai mikir, Sul," tulis @Far***10
"Punya cina itu sul, cuma dibuatkan dan di pake ma kita trus hasilnya buat bayar ke mereka. Sampe anak cucu cicit kita pun ikut bayarin tuh barang karena bapak mu gok banget mau aja dikibulin ma cina," kata akun @Garconapua.
"Kadang capek ngasih tau sama ni si ntong. Membangun itu lihat urgensinya apa, dampak kerakyatnya apa, apkah hanya gaya-gayaa doang. Woy, kita mau investasi dala. prusahaan aja lihat-lihat dulu ada nggak profitnya. Kalau nggak ada mau ngapain investasi. Kalau mau inves jg hrs diliat jgnka waktu utk profit," akun @Arkan***niago
"Giliran bayar utangnya yang target bayar tukang ojek dgn cara menaikkan pajaknya Sul, tolong kasih paham sama opung LBP jgn seenaknya naikkin pajak emang dia siapa!!? ngasih kerjaan jg engga malah sibuk ngurusin TKA," kata @Raden-***y.
Pembangunan kereta cepat rute Jakarta-Bandung awalnya direncanakan dengan biaya sebesar US$6,07 miliar atau sekitar Rp94,1 triliun (kurs Rp15.514).
Indonesia mendapatkan pinjaman dari China Development Bank (CBD) untuk pembiayaan proyek prestisius tersebut sebesar 75 persen atau sekitar Rp70,5 triliun.
Hanya saja, pelaksanaan proyek ambisius itu tidak berjalan semulus perencanaannya. Pembiayaannya ternyata mengalami pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar US$1,2 miliar atau sekitar Rp18,6 triliun.
Pemerintah Indonesia dan China kemudian membagi dua beban cost overrun itu. Pihak Indonesia harus membayar sekitar US$720 juta atau setara dengan Rp11,1 triliun.