FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Dugaan desain kecurangan pemilu 2024 diungkap dalam Film Dirty Vote.
Film itu mencoba mengungkap bagaimana instrumen kekuasaan digunakan dalam memenangkan pemilu 2024.
Di awal video setelah pembukaan, Ketua Departemen Hukum Tata Negara di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Zainal Arifin Mochtar menyinggung soal Paslon 02 Prabowo-Gibran yang getol mengkampanyekan pilpres satu putaran.
Menurutnya, hal itu jelas karena jika dua putaran, risikonya akan besar untuk tidak terpilih.
Dia menjadikan Pilgub DKI Jakarta sebagai sampel. Dimana pada saat itu Basuki T. Purnama (Ahok) yang mendapat dukungan dari Presiden Joko Widodo selalu menempati posisi teratas hampir di seluruh lembaga survei.
Saat itu, di putaran pertama Ahok-Djarot mendapatkan suara 42,99 persen, Anies-Sandi 39,95 persen dan Agus-Silvy 17,06 persen. Sedangkan di putaran kedua, Ahok-Djarot 42,04 persen dan Anies-Sandi 57,96 persen.
Diputaran kedua, keadaan tersebut berbalik. Karena bersatunya kekuatan pengkritik atau melawan orang yang paling teratas itu.
“Anies dan AHY seakan-akan memiliki angka penjumlahan antara suara Anies dns AHY, olehnya itu pasangan yang didukung Presiden yakni Ahok-Djarot harus kalah,” tuturnya, dikutip Dirty Vote, Senin, (12/2/2024).
Lebih lanjut dia memaparkan soal adanya salam 4 jari yang beberapa waktu terakhir ramai. Salam empat jari ini menjadi simbol gerakan ke depan bahwa Pilpres kali ini adalah penggabungan kekuatan 01 dan 03 jika terjadi dua putaran.