Makassar di Mata Alfred Wallace: Sepotong Eropa di Timur Nusantara

  • Bagikan
Kampung Baru Makassar pada Tahun 1910. (Foto repro dari KITLV)

Alfred Russel Wallace menggambarkan dan merekam keindahan Sulawesi dan merekamnya dengan apik di bukunya berjudul "The Malay Archipelago".

Makassar menerapkan peraturan Belanda dalam hal tata kota yang dinilai mengagumkan. Semua rumah-rumah Eropa harus dijaga agar tetap putih bersih.

Setiap orang wajib menyirami jalanan di depan rumahnya pukul empat sore. Jalan-jalan harus bersih dari sampah. Saluran air yang tertutup membawa semua kotoran ke dalam saluran drainase besar yang terbuka.

Saat air pasang, air laut dibiarkan mengalir ke saluran drainase terbuka. Saat surut, dibiarkan mengalir keluar dan membawa semua limbah ke laut.

Sahabat Bapak Evolusi, Charles Darwin itu mendeskripsikan Makassar dalam bukunya "The Malay Archipelago" dengan sangat jelas.

Ruas jalan Makassar, terutama di wilayah pesisir pantainya, tidak banyak berubah dengan kondisi saat ini. Wallace menggambarkan ada satu jalan sempit panjang di sepanjang tepi laut yang kini dikenal sebagai Jalan Penghibur.

Sejak Belanda menguasai Makassar, ruas jalan itu telah dikhususkan untuk kepentingan bisnis. Sebagian besar ditempati oleh kantor dan gudang pedagang Belanda dan Cina. Ada juga toko atau pasar asli.

Kawasan perdagangan meluas sampai ke arah utara sepanjang lebih dari satu mil. Perluasan kawasan perdagangan itu secara bertahap mulai menyatu de rumah-rumah penduduk lokal.

Dituturkan Wallace, rumah-rumah penduduk asli itu memang tampak menyedihkan dibanding rumah-rumah bergaya Eropa milik orang-orang Belanda. Atau milik pedagang lainnya.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan