Meskipun iklim dan cuacanya mirip, namun Kondisi di Bali dan Lombok tidak sekering di Makassar. Dua daerah ini telah memiliki sistem penanaman yang rumit dengan sistem irigasi menghasilkan efek mata air abadi.
Di pinggir jalan Makasar terdapat sebuah fregat bagus dengan 42 senjata yang menjadi penjaga keamanan . Ada juga sebuah kapal uap perang kecil dan tiga atau empat kapal pemotong kecil yang digunakan untuk berlayar mengejar para perompak yang menduduki lautan ini.
Wallace juga menggambarkan ada beberapa kapal dagang berlantai persegi, dan dua puluh atau tiga puluh kapal pribumi dengan berbagai ukuran.
Saat kunjungannya ke Makassar, Wallace membawa surat perkenalan kepada seorang pria Belanda bernama Tuan Mesman. Juga kepada seorang penjaga toko Denmark yang bisa berbahasa Inggris dan berjanji akan membantu mencarikannya tempat tinggal yang sesuai dengan kegiatannya.
Wallace sempat merasa tidak nyaman berada di pusat kota Makassar. Sewa penginapannya juga dinilainya mahal.
Dia kemudian pindah ke sebuah rumah bambu yang kecil pada akhir pekan. Mr Mesman yang menawarkan rumah itu kepadanya.
Letaknya sekitar dua mil jauhnya, di sebuah perkebunan dan pertanian kopi kecil, dan sekitar satu mil di luar rumah pedesaan milik Tuan M. Lokasinya di daerah yang kini dikenal dengan nama Mamajang.
Rumah itu terdiri dari dua ruangan yang ditinggikan sekitar tujuh kaki di atas tanah. Bagian bawahnya sebagian terbuka dan berfungsi baik untuk menguliti burung dan sebagian lagi digunakan sebagai lumbung padi.