Ahli Sebut Le Minerale Korban Persaingan Bisnis Tak Etis

  • Bagikan
Ilustrasi: Digital marketing. Foto: Pixabays

FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Fenomena digital marketing yang cenderung kasar, yang antara lain ditandai dengan penggunaan pemengaruh (influencer) untuk menebar informasi yang cenderung tendensius, bahkan hoaks, nampak menggejala pada industri air minum kemasan dalam setahun lebih terakhir.

Fenomena tersebut mudah terbaca pada, misalnya, brand Le Minerale yang seperti jadi bulan-bulanan 'black campaign' di media sosial, termasuk dalam kasus terakhir tersebarnya hoaks kandungan Bromat pada Le Minerale yang diklaim di atas ambang batas aman dan seketika bisa memicu kanker.

Pengajar Komunikasi Pemasaran di London School of Public Relations, Safaruddin Husada, menilai fenomena tersebut sejatinya tak lebih dari persaingan bisnis yang tidak etis.

"Sepertinya memang ada pihak tertentu yang merasa terganggu dan ingin merusak citra Le Minerale," katanya. "Indikasinya mudah terbaca dari aksi sejumlah influencer yang bernyali menyebar informasi tanpa validitas terkait keamanan dan mutu Le Minerale."

Menurut Safaruddin, keriuhan di balik hoaks Bromat sejatinya membuka kesempatan bagi Le Minerale untuk mengkomunikasikan keunggulan produknya, baik dari sisi keamanan dan mutu. "Le Minerale perlu lebih giat mengkomunikasikan hasil uji laboratorium independen atas keamanan dan mutu produk ke konsumen," katanya.

Selain itu, sebagai produsen air kemasan yang sedang naik daun, katanya, Le Minerale dapat menangkis berbagai serangan terkait keamanan dan mutu produknya dengan menggambarkan ketaatan perusahaan atas Good Manufacturing Practices (GMP) dan Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP), dua parameter keunggulan dalam industri air kemasan.

“Yang seperti itu jitu meningkatkan kepercayaan masyarakat dari waktu ke waktu, sekaligus untuk membentengi konsumen dari pengaruh influencer yang melacurkan diri sebagai tukang jagal kompetitor,” kata Safaruddin.

Pandangan senada datang dari Dosen Ilmu Komunikasi di Universitas Pembangunan Jaya, Algooth Putranto. Menurutnya, isu kandungan Bromat pada air kemasan bermerek tak lebih dari isapan jempol yang semata bertujuan merusak reputasi dan pasar Le Minerale.

"Isu tersebut adalah hoax, jelas merupakan black campaign, fitnah yang melebihi kampanye negatif yang hanya menyoroti sisi negatif suatu produk," katanya menyarankan Le Minerale melaporkan pembuat video hoaks ke polisi. "Bilapun nanti terjadi kontaminasi Bromat yang melebihi ambang batas aman, yang paling berhak bersuara adalah Badan Pengawas Obat dan Makanan selaku otoritas tertinggi keamanan dan mutu pangan, bukan influencer yang tak jelas asal usulnya."

Lebih jauh, Algooth menengarai kemunculan video hoaks Bromat bagian dari strategi kompetitor Le Minerale berkelit dari isu.

“Dengan menghembuskan isu Bromat, tentunya dengan meminjam tangan influencer, ada kompetitor Le Minerale yang leluasa mengalihkan perhatian publik dari isu dari yang menderanya, semisal isu dukungan terhadap Israel atau risiko senyawa kimia berbahaya Bisfenol A (BPA) pada kemasannya,” katanya enggan menyebut siapa kompetitor Le Minerale.

Sikap Badan Perlindungan Konsumen

Sekaitan itu, Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) Republik Indonesia, Muhammad Mufti Mubarok, mewanti-wanti pemengaruh untuk berhati-hati dalam memberikan pernyataan terkait barang ataupun jasa milik pelaku usaha jika ingin terhidar dari masalah hukum.

"Pelaku usaha/produsen, yang merasa dirugikan oleh tindakan atau perbuatan influencer, punya hak penuh untuk menempuh jalur hukum," katanya menegaskan.

Menurut Muhammad, pemengaruh memang punya hak untuk menyampaikan pendapat atas produk atau jasa tertentu. Tapi menurutnya, publik juga perlu menyadari bahwa tak selamanya pemengaruh menyampaikan informasi yang benar dan dengan itikad baik.

"Mereka bisa juga salah, ataupun keliru," katanya menyebut pemerintah berkomitmen mendengar pengaduan konsumen terkait dengan perbuatan pemengaruh yang diduga melakukan penyimpangan untuk mencari keuntungan pribadi.

Video hoaks kandungan Bromat tinggi pada produk Le Minerale awalnya diumbar oleh akun ‘GV’ di platform Tiktok. Pada video berdurasi singkat itu, dia mengklaim bromat sebagai senyawa kimia yang seketika memicu kanker.

Tapi video tersebut tak menyertakan informasi yang bisa diverifikasi independen. Video juga seperti menggergaji reputasi Le Minerale lantaran produk besutan PT Tirta Fresindo Jaya tersebut digambarkan satu-satunya yang memiliki kandungan bromat lima kali di atas ambang batas aman.

Hal tersebut kemudian memunculkan spekulasi pemengaruh di balik video tersebut dengan sengaja melacurkan diri sebagai senjata digital marketing kompetitor Le Minerale. Dugaan ini menguat setelah Le Minerale mempublikasikan hasil uji laboratorium yang menunjukkan kadar Bromat pada produk perusahaan jauh di bawah ambang batas aman dan setelah Kementerian Komunikasi dan Informasi menerakan cap ‘hoaks’ pada konten video viral di platform Tiktok tersebut.

Penegasan keamanan dan mutu Le Minerale juga belakangan dipertegas secara resmi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan. "Hasil uji laboratorium BPOM atas kadar bromat pada Air Mineral Dalam Kemasan (AMDK) menunjukkan semuanya memenuhi ketentuan keamanan, tidak ada yang melampaui ambang batas berbahaya," kata Kepala Biro Kerja Sama dan Humas, Noorman Effendi, dalam sebuah penjelasan media pekan lalu. (fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan