Namun Prof Anwar menilai, kenaikan gaji setidaknya dapat menambah daya beli masyarakat, terutama di kalangan keluarga ASN dan TNI-Polri.
"Pasti berdampak positif kepada pedagang," katanya, Senin, 18 Maret.
Terpenting kata dia, pemerintah harus meyakinkan masyarakat agar tidak panic buying. Jika itu terjadi, akan memperparah situasi, sebab stok barang akan langka di pasaran.
"Pemerintah juga harus menindak tegas jika ditemukan spekulator atau penimbun bahan pangan," tuturnya.
Sementara Pakar Ekonomi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM) Dr Murtiadi Awaluddin, mengemukakan kenaikan harga sudah prediksi jauh hari sebelumnya, sejak akhir tahun lalu. Menurutnya, sejak gaji ASN diumumkan naik, pelaku ekonomi sudah menangkap peluang itu.
Kemudian ditambah dengan adanya Ramadan, kebutuhan bahan pokok itu luar biasa tingginya. Hal ini akan menambah permintaan produk-produk khusus konsumsi di masyarakat sehingga memang terjadi kenaikan.
"Kenaikan gaji sudah di acc di tahun sebelumnya, sehingga itu juga salah satu penyebab mengapa kemudian harga ini meningkat," katanya.
Kemudian ada yang mengaitkan mahalnya beras dipicu program bansos. Stok Bulog banyak digunakan untuk kepentingan pemerintah. Hal itu juga menjadi faktor yang menyebabkan kenaikan harga di masyarakat.
Lalu yang lebih memperparah terjadinya panic buying, karena informasi yang beredar juga selalu memberikan informasi orang antre beras dimana-mana.
"Hal itu juga sebenarnya membuat masyarakat panik karena khawatir kebutuhan pokok susah nantinya," tuturnya.