"Saya bilang kalau bisa tolong dipercepat kedatangannya," katanya.
Beberapa waktu berselang, ia mendengar suara teriakan dari lantai dua.
"Om saya datang, saya langsung turun dan cek kamar ibu saya yang saat itu terkunci dari luar, saya cek keadaannya, kemudian mengunci lagi kamarnya, dari luar saya bilang, sebentar saya kasih tau, sekarang bapak dibawa ke RS," ungkapnya.
Sekitar pukul 06.00 Wita, Uswatun turun ke lantai satu dan melihat paramedis sudah ada disana.
"Saya bertanya apa tidak ada pertolongan pertama yang diberikan? Namun paramedis bilang 'kalau sudah begini, hanya bisa menunggu hasil dari rumah sakit," katanya menirukan perkataan tim medis.
Kedua korban dievakuasi ke RSUD dr La Palaloi sekitar pukul 07.00.
Sementara saksi kedua, yakni istri korban Makmur, Parti (59) mengatakan saat kejadian ia sempat mendengar ada suara 'buk-buk' depan kamarnya.
"Jadi ada suara berisik dari meja setrikaan. Sehingga saya bangunkan suami saya. Suami saya langsung loncat dari atas tempat tidur dan keluar kamar. Dia ambil tongkat saya yang biasa disimpan di dekat pintu kamar," katanya.
Tak lama setelahnya ada orang yang masuk ke kamarnya.
"Awalnya saya kira itu anak saya Abdillah. Karena memang setiap subuh sekitar jam 04.00 atau jam 05.00 di selalu masuk kamar mengecek keadaan saya, dia juga suka berccanda, tapi ternyata bukan," jelasnya.
Saya juga sempat teriak memanggil suami saya, sambungnya.
"Saya bilang Pak E , tapi oleh terdakwa di jawab kalau kamu tinggal sendirri sambil memegag sesuatu menyerupai senjata tajam. Waktu itu mukanya tertutup kain jadi saya tidak bisa lihat. Tapi dia lebih dari sekali mondar mandir di kamar sambil meraba-raba meja dan membuka laci.Dia minta saya antar ke bawah tapi saya bilang saya sakit, tubuh saya mati separuh," akunya.