“Saya berangkat tanggal 10 bulan 10 (2023),” ujarnya.
Setiba di Frankfurt, Jerman, ia bertolak ke Bremen. Sebuah kota yang lumayan besar dekat Belanda. “Di sana saya tinggal di apartemen,” ucapnya. Dibayar 20 Euro atau sekitar Rp300 ribu per hari.
Apartemen tersebut terdiri dari tiga lantai, tiap lantainya diisi mahasiswa berbagai negara. “Saya satu-satunya orang Indonesia di lantai itu….” imbuhnya. “…teman kamar saya ada orang Georgia dan Inggris”.
Di sana, FM tidak langsung bekerja. Sebagaimana lazimnya, kata dia, orang yang ingin bekerja mendaftar ke agensi pencari kerja. Agensi itu yang akan mendaftarkan untuk bekerja.
Waktu itu, ia mendaftar di Raj, lalu bekerja di 4PX. Sebuah perusahaan logistik asal China.
Sebelum bekerja, ia menandatangani kontrak kerja. Karena cakap berbahasa Inggris, FM menanyakan detail kontrak kerja yang ditawarkan dalam draft bahasa Jerman itu.
“Saya bertanya secara detail apa isi kontraknya, bahwa kontrak ini berisi gaji, waktu kerja, dan apa yang boleh dan tidak boleh,” ucapnya.
Saat mulai bekerja, pria asal Mamuju, Sulawesi Barat itu mengatakan diberi kerjaan yang sederhana. Seperti memindahkan barang dari suatu tempat ke tempat lain, mengemas, dan sebagainya.
Tiap hari Senin hingga Jumat, FM bekerja minimal delapan jam sehari. Diupah 13 Euro per jam.
“Kalau dikonversi sekarang Rp17.000. Jadi Rp221.000 dikali delapan jam per hari Rp1.768.000,” bebernya.
Nominal upah yang disebut FM tidak sedikit itu, bahkan memacunya untuk bekerja lebih dari delapan jam. “Kami sendiri yang meminta jam kerja itu ditambah,” katanya.