Sempat Belajar Semua Agama, Kisah Mualaf Sulaiman Gosalam Berawal dari Kalimat La Ilaha Illallah

  • Bagikan

"Jadi saya yakin hanya ada satu Tuhan yang sebenarnya. Kemudian saya terus belajar, mencari. Saya temukan ada satu kata yang sesuai kata hati saya," ujarnya.

"Itu kalimat La Ilaha Illallah, tidak ada Tuhan selain Allah," tegasnya lagi.

Kalimat itulah yang dia yakini hingga terus diulanginya. "Kan selama ini banyak Tuhan. Dalam hati kecil saya (Tuhan) itu satu. Itulah saya percaya, saya selalu baca itu, sambil pulang sekolah jalan kaki," ungkapnya.

Satu kalimat La Ilaha Illallah membuat Sulaiman muda semakin mantap mempelajari Islam hingga dia mengucapkan dua kalimat syahadat di rumah seorang guru agama SMP Merdeka 1.

Saat mengucapkan dua kalimat syahadat, Sulaiman Gosalam masih berusia 17 tahun. Keputusan berani itu diambilnya.

"Sejak umur 17 tahun, saya syahadat di depan ustaz Mansur di Jalan Diponegoro di dalam rumah itu beliau guru agama Islam di SMP Merdeka 1," urainya.

Menjadi mualaf di keluarga non muslim tentu bukan perkara mudah bagi Sulaiman muda. Dia harus menyembunyikan kepercayaan barunya utamanya bagi kedua orang tuanya.

Kebiasaan yang diwajibkan dan diharamkan dalam Islam mulai ditaatinya. Mulai dari salat lima waktu hingga tidak makan dan minum yang haram pun dilakukan.

"Menjadi mualaf awalnya sembunyi-sembunyi, saya mulai tidak makan babi, orang tua mulai curiga, selalu cari makanan yang lain kalau ada babi. Kurang lebih setahun sembunyi-sembunyi. Kalau salat di kamar," ujarnya.

Aksi kucing-kucingan dengan orang tuanya akhirnya terkuak juga. Sulaiman kedapatan melaksanakan salat Magrib saat dia lupa mengunci pintu kamarnya.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan