Penggunaan Bahasa Daerah di Desa Sulsel Mulai Tergerus

  • Bagikan

Sejalan dengan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dengan tema 'Optimalisasi Pemertahanan Bahasa Daerah Pada Generasi Kekinian' yang diselengagrakan oleh Himpunan Pelestari Bahasa Daerah (HPBD, Dr. Sumarlin Rengko HR, S.S, M.Hum. selaku anggota Tim Pemateri memaparkan bahwa Rasa cinta dan kebanggaan bahasa (language pride) mendorong generasi muda melestarikan bahasa dan lokalitas budaya, serta menggunakannya sebagai identitas dalam bergaul. 

Hal tersebut ditunjukkan dengan pemahaman bahwa bahasa daerah Sulawesi Selatan merupakan penanda identitas dan pengembang kebudayaan Makassar, Bugis dan Toraja yang bermartabat yang sungguh relevan dengan era saat ini.

Sikap bahasa ini merupakan modal utama yang harus dimiliki dalam upaya pemertahanan Bahasa Daerah; Toraja, Makassar dan Bugis. 

Sikap tersebut seyogianya dimaknai secara positif oleh semua pihak baik pemerintah, peneliti, komunitas pemuda, dan pengguna bahasa itu sendiri. Upaya nyata perlu dilakukan oleh pihak berwenang dalam rangka pemberdayaan generasi muda di Sulawesi Selatan, bentuk pelestarian bahasa daerah seperti; memberikan wadah dan ruang kreatifitas literasi Bahasa daerah Sulawesi Selatan. Semua itu itak ada artinya tanpa menggunakan bahasa daerah dalam aktifitas kehidupan sehari-hari, yang tentunya disesuaikan dengan konteksnya demikian argumen akademisi Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin tersebut.

Dr. Dirk Rukka Sandarupa, S.S.,M.Hum, selaku tim pemateri HPBD juga mengungkapkan bahwa bahasa daerah merupakan salah satu pilar terkecil dalam dunia kepariwisataan karena sering terlupakan. 

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan