Siswa SMAN 1 Sinjai Perankan Prosesi Pernikahan Adat Bugis di Sekolah

  • Bagikan
IST

Lalu tim keempat memerankan prosesi Mappanre Temme. Mappanre berarti memberi makan, sementara Temme adalah tamat. Tradisi mappanre temme ini berhubungan langsung dengan orang yang tamat mengaji atau khatam Al-Qur'an.

Tahap kelima adalah Mappacci yang dilakukan pada malam hari setelah Mappanre Temme. Ritual ini memiliki makna bahwa kedua calon pengantin perlu disucikan jiwa dan raganya dari segala keburukan yang pernah dilakukan.

Diawali dengan penjemputan kedua calon mempelai lalu dibawa ke atas pelaminan yang sudah dipenuhi deretan perlengkapan ritual, mulai dari bantal, sarung, daun nangka, daun pisang, sepiring padi, lilin, daun pacci, dan bekkeng atau tempat logam. Kemudian, setiap kerabat dan tamu yang hadir harus mengusapkan pacci ke telapak tangan calon pengantin

Tahapan keenam yakni Mappasilli. Mereka melakukan prosesi siraman. Tujuan dari ritual ini untuk membersihkan diri calon pengantin sekaligus menolak bala dari segala malapetaka yang tidak diinginkan. Air siraman mappasili diambil secara langsung melalui tujuh sumber mata air yang juga berisi tujuh macam bunga.

Ada pula taburan koin yang dimasukkan ke dalam air mappasili. Usai prosesi siraman, air berisi koin tersebut kemudian diperebutkan oleh para tamu yang belum menikah. Sebagian orang Bugis percaya bahwa mereka yang berhasil mendapatkan koin akan dimudahkan jalannya untuk mendapatkan jodoh.

Tim ketujuh memerankan prosesi Mappenre Botting atau Madduppa Botting, adalah prosesi pengantaran mempelai pria ke rumah sang mempelai wanita dengan iring-iringan tanpa kehadiran orang tua. Terdapat pula ritual penyambutan kedatangan mempelai pria (madduppa boting) yang dilakukan oleh dua orang remaja perempuan dan laki-laki, wakil orang tua dari mempelai perempuan, dan seorang penebar wenno.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan