Dijelaskan Aminuddin, Balai Bahasa merupakan unit vertikal Badan Bahasa. Mereka hanya pelaksana dari kebijakan pusat.
"Jadi kalau ada perubahan kebijakan dari pusat, mereka mengikuti saja. Contohnya penambahan tema Perubahan Iklim. Bahwa Kemendikbudristek rasanya perlu menambah wawasan tentang perubahan iklim pada masyarakat melalui berbagai jaringan yang dimiliki. Karena adanya Bimtek ini, maka ditambahkanlah," jelas Aminuddin.
Aminuddin bilang, Kemendikbudristek memang memiliki agenda khusus terkait peran bahasa dalam perubahan iklim yang terus terjadi.
"Naskah yang kami harapkan untuk proyek bacaan, yang bermutu. Salah satunya penerjemahan, pemeliharaan bahasa daerah, menulis dalam bahasa daerah, supaya tulisan ini bisa dibaca anak-anak lain di daerah lain," sebutnya.
Lanjut Aminuddin, dalam Bimtek yang digelar itu, penulis diminta untuk menulis naskah dalam bahasa daerah lalu diterjemahkan oleh penerjemah.
"Akan ada penyuntingan, sama sekali tidak ada pengambilalihan. Idenya adalah dari penulis dan dibahasakan dalam Indonesia dan perlu penyesuaian struktur bahasa Indonesia. Bisa saja di Jakarta ada penyuntingan ulang untuk disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia," terangnya.
"Bisa saja teksnya dalam bahasa daerah dan Indonesia, tapi ternyata ilustrasinya kurang pas, akan disesuaikan oleh ilustrator nasional," kuncinya.
Sebelumnya diberitakan, dilihat dari unggahan akun Instagram @balaibahasasulsel, tidak sedikit netizen yang menyoroti pengumuman hasil Sayembara.
Bahkan, beberapa di antaranya keberatan lantaran para penulis yang lolos tahun sebelumnya, mereka rupanya tak lolos pada tahun 2024 ini. Padahal, mereka disebut telah banyak melakukan persiapan.