FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Berbeda dengan banyak pemikir lain, Denny JA membahas agama melalui lensa Neuro Science, Positive Psychology, Arkeologi, dan data statistik.
Dalam karyanya, ia menyajikan data yang menarik: di negara-negara di mana lebih dari 90 persen penduduknya menganggap agama sangat penting (seperti India, Indonesia, Thailand, dan Filipina), tingkat korupsi justru tinggi.
Sebaliknya, di negara-negara Skandinavia yang mayoritas penduduknya tidak menganggap agama penting, tingkat korupsi rendah.
Ahmad Gaus, dalam bukunya "Era Ketika Agama Menjadi Warisan Kultural Milik Bersama: Sembilan Pemikiran Denny JA soal Agama di Era Google, menyoroti bagaimana agama tetap relevan di era teknologi canggih ini.
"Video buku ini merupakan sebuah upaya untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana menempatkan agama di era Google dan Artificial Intelligence (AI). Sebanyak 10 video itu berdurasi 10-27 menit," beber Ahmad Gaus, dikutip di laman resmi Facebook Denny JA, DennyJAWorld, Sabtu, 3 Agustus 2024.
Gaus juga menyampaikan hasil riset arkeologi yang menyatakan bahwa eksodus Nabi Musa dan kisah banjir bandang Nabi Nuh tidak pernah terjadi dalam sejarah. Cerita-cerita tersebut lebih merupakan ajaran moral untuk kesalehan perilaku.
Dalam video tersebut, Gaus memastikan bahwa agama tetap berfungsi dalam kehidupan umat manusia meskipun teknologi seperti AI telah masuk ke berbagai aspek kehidupan keagamaan. Misalnya, di Gereja Protestan Paul Church, Kuil Kodai-ji di Jepang, dan Masjid Agung di Saudi Arabia, robot AI digunakan untuk memberikan khotbah, nasihat, dan informasi keagamaan.