"Tentu hal ini bukan saja bid’ah, tapi bisa mengarah kepada kesyirikan," terangnya.
Ia menilai perayaan itu mestinya dilakukan dengan berbagai kegiatan keilmuan seperti tadzkirah (peringatan atau ceramah-cemarah).
Ekspresi yang memiliki nuansa manafi' (manfaat banyak) dalam rangka memperbaharui ingatan, cinta, dan komitmen qudwah (keberpanutan) kita kepada baginda Rasulullah SAW. Dengan ilmu dan cinta akan tumbuh dorongan ittiba' mengikut kepada ajaran Rasulullah SAW," imbuhnya.
Mengenal Muhammad SAW
Telah begitu banyak tulisan yang menjelaskan tentang Rasulullah SAW. Tentu semua catatan sejarah (sirah) itu masing-masing terbatas pada aspek tertentu tentang Rasulullah SAW sesuai kapasitas masing-masing penulisnya.
Namun, Shamsi Ali menjelaskan bahwa Nabi Muhammad merupakan sosok yang merepresentasi kesempurnaan ciptaan Ilahi.
"Dan karenanya siapapun yang mencoba mendeskripsi Rasulullah tak akan mampu melakukannya secara sempurna. Karena yang sempurna tak akan bisa dideskripsi secara sempurna mereka yang tidak sempurna (manusia biasa)," sebutnya.
Teuladan bagi semua
"Kenyataan bahwa beliau adalah manusia dengan kesempurnaannya menjadikan beliau ditetapkan sebagai Rasul dan nabi. Bahkan lebih jauh dijadikan sebagai tauladan bagi umat ini. Sungguh Pada Rasulullah itu ada contoh tauladan bagi kalian semua," kata Shamsi Ali.
Sebagai manusia yang kesempurnaannya mencakup segalanya, tambah Shamsi Ali, maka sudah pasti ketauladanannya juga mencakup segala aspek kehidupan manusia.
"Walaupun ketauladanan itu jika berhubungan dengan realita kehidupan yang secara konstan mengalami perubahan tidak harus dipahami secara hitam putih (black and white). Namun pada aspek manapun pastinya ketauladanan itu relevan," tukasnya.