"Karena apa yang sekarang disebut sebagai naturalisasi itu semacam penipuan terhadap sensasi," ucapnya.
Rocky mengkritik pendekatan ini, menganggapnya tidak selaras dengan prinsip patriotisme.
"Misalnya ada naturalisasi, tentu ada sesuatu yang tidak fit and proper dengan prinsip-prinsip patriotisme," cetusnya.
Meskipun sepak bola adalah olahraga global dan memberikan kegembiraan bagi banyak orang, ia berpendapat bahwa Timnas seharusnya dibangun dari talenta asli Indonesia.
"Tetapi kalau ada Timnas itu dan dianggap bahwa Timnas harusnya datang dari bibit-bibit kita," sebutnya.
Ia juga menyoroti bahwa naturalisasi mungkin menghentikan proses pembibitan pemain muda yang sebenarnya penting untuk keberlanjutan prestasi.
"Karena belum ada bibit, maka kita naturalisasi. Itu juga semacam pembenaran sehingga pembibitan itu berhenti," Rocky menuturkan.
Rocky menekankan pentingnya membangun kebanggaan nasional melalui pembibitan pemain lokal, meskipun itu berarti Timnas mengalami kekalahan sementara.
"Jadi kita mesti anggap, walaupun kita kalah melulu tapi kita ada upaya untuk menghasilkan prestasi melalui pembibitan," terangnya.
Menurutnya, prestasi sejati harus datang dari upaya jangka panjang yang melibatkan pengembangan kurikulum olahraga yang didukung oleh ilmu olahraga modern.
"Kurikulum yang bahkan bisa dibantu dengan ilmu olahraga mutakhir. Jadi kita musti hidupkan kembali bahwa sepakbola itu kebanggaan nasional. Bukan hasil dari naturalisasi. Kira-kira dalilnya itu," imbuhnya.
Rocky kemudian mengingatkan publik saat Presiden Jokowi menghampiri pemain Indonesia usai laga melawan Timnas Australia. Tidak sedikit supporter yang berteriak 'Mulyono'.