Di satu sisi Herindra yang mantan danjen Kopassus era SBY merupakan wakilnya di kementerian pertahanan. Ini untuk menunjukkan di akhir masa jabatannya Jokowi masih memiliki power yang patut diperhitungkan. Prabowo menjadi dilema, disatu sisi ia tak mungkin membatalkan pencalonan tersebut saat ini, karena ia akan dinilai lemah secara politik dan Herindra dinilai sebagai orang dekatnya. Dan di sisi lain, ia tak ingin komunikasi yang tengah dibangun dengan Megawati menjadi berantakan karena dianggap mendongkel orang kepercayaan Mega.
Pergantian ini berpotensi menciptakan gangguan komunikasi antara Prabowo dengan Mega jika tidak dikelola dengan tepat. Padahal saat ini komunikasi tengah dibangun agar PDI Perjuangan bergabung dalam kabinet baru.
Dan pernyataan Jokowi bahwa pergantian tersebut merupakan inisiatif dari Prabowo menjadi janggal. Pasalnya itu bisa dilakukan sendiri oleh presiden terpilih tanpa melibatkan Jokowi.
Mengapa keputusan strategis dibuat pada akhir masa jabatannya?
Analisa diatas semakin menguat dengan kedatangan cagub DKI Jakarta Pramono Anung yang secara mendadak bertemu Prabowo. Dugaan kuat, dalam pertemuan tersebut Prabowo menitipkan pesan pada ketua umum PDIP bahwa pergantian kepala BIN bukan merupakan keinginannya.
Hal ini krusial, mengingat hingga saat ini PDI Perjuangan sebagai partai pemenang pemilu belum menentukan posisi politiknya atas pemerintahan baru. Meski elit partai sudah menyatakan pemberian dukungan, namun sikap Mega belum dinyatakan secara resmi.