Kelak, kelas-kelas dengan kemampuan di atas rata-rata TIK, berhadapan dengan guru-guru yang melarang menggunakan internet dan ponsel.
Saya kemudian tiba-tiba teringat dengan kisah seorang ibu guru di Kabupaten Barru. Perjanjian kelas-nya, jelas. Dilarang menggunakan ponsel dalam kelas. Kemudian si murid menggunakan ponsel saat pembelajaran berlangsung. Terjadi kemudian, ponsel disita, dan wajib dibawa pulang ke rumah guru. Nanti pertemuan diberikan.
Apa yang terjadi kemudian, si murid ketika pulang membuntuti sang guru. Membuntuti hingga ke rumah. “Bu, hape-ku?”
Jika demikian, lalu apakah ponsel, cocok atau tidak cocok di sekolah asrama. Jawabannya adalah kreasi. Butuh perjuangan ekstra, di zaman saat ini. (*)