"Misalnya, di survei-survei sebelumnya pasangan calon yang memesan lembaga itu tertinggal jauh, tiba-tiba dalam survei yang mereka rilis angkanya berbeda dengan hasil pada umumnya," katanya.
Ketiga, lembaga dan orang-orangnya kebanyakan atau bahkan seluruhnya "lokalan" dan tidak punya kantor yang jelas.
Ini berbeda dengan lembaga survei lokal lainnya yang selama dikenal publik karena aktivitas mereka yang konsisten di setiap pemilu dan alamat kantor jelas.
Keempat, tentu saja lembaga itu tidak terdaftar di Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (PERSEPI). Lembaga yang terdaftar di PERSEPI merupakan lembaga-lembaga yang kredibel dan hasil survei mereka dibuat secara objektif sehingga kalau dianggap melakukan pelanggaran mereka bisa dikeluarkan dari perhimpunan.
Di Makassar sendiri, ada banyak lembaga yang baru-baru ini merilis hasil survei mereka terkait elektabilitas pasangan calon.
Di Oktober, setidaknya ada tiga lembaga yang menyampaikan peta elektoral Pilkada Kota Makassar yakni Celebes Research Center (CRC), Parameter Publik Indonesia (PPI), dan Indikator Politik Indonesia.
Hasil survei CRC menunjukkan paslon nomor urut 1 Munafri Arifuddin-Aliyah Mustika Ilham (MULIA) dengan elektabilitas tertinggi dengan 44,75 persen.
Urutan kedua diduduki Indira Jusuf Ismail-Ilham Ari Fauzi (INIMI) 28,00 persen.
Selanjutnya paslon nomor urut 2 Andi Seto Gadhista Asapa-Rezki Mulfiati Lutfi (SEHATI) meraup 18,75 persen. Sedangkan paslon nomor urut 4 Amri Arsyid-Abdul Rahman Bando (AMAN) 4 persen.