Kedua, dukungan pendanaan dari organisasi internasional seperti WHO, UNICEF, atau Bank Dunia dapat meringankan beban anggaran negara. Bantuan ini dapat digunakan untuk meningkatkan infrastruktur pangan, pelatihan tenaga kerja, atau membangun kesadaran gizi masyarakat. Sebagaimana kita ketahui bahwa program MBG membutuhkan anggaran yang sangat besar, yakni kurang lebih 400 triliun rupiah/tahun untuk belanja bahan hingga biaya pendistribusian makanan.
Ketiga, pembelajaran dari praktik terbaik di negara lain memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk memperbaiki strategi pelaksanaan. Contoh nyata adalah program Zero Hunger di Brasil, yang berhasil menurunkan angka kelaparan atau Stunting dengan melibatkan semua sektor, mulai dari petani lokal hingga pemerintah pusat.
Dampak Negatif yang Harus Diwaspadai
Meskipun kerjasama Internasional dapat membawa manfaat besar, namun kerja sama internasional juga dapat menimbulkan ancaman /risiko. Salah satu ancaman penting adalah ketergantungan pada pihak asing. Jika sebagian besar bahan pangan atau teknologi berasal dari luar negeri, Indonesia berpotensi kehilangan kemandirian dalam memastikan keberlanjutan program ini. Kerjasama internasional sering kali melibatkan bantuan finansial dari negara donor atau lembaga internasional. Sumber pendanaan ini bisa datang dalam bentuk pinjaman atau hibah. Meskipun hibah tidak perlu dilunasi, pinjaman tentunya menjadi beban utang yang harus dibayar kembali. Dalam konteks Program MBG, jika program ini dibiayai melalui pinjaman, maka beban utang Indonesia semakin besar, padahal utang kita saat ini sudah berada pada level yang cukup tinggi.