Selain itu, persyaratan tertentu yang diajukan oleh negara mitra atau lembaga donor dapat memengaruhi kebijakan nasional. Misalnya, fokus pada produk tertentu yang lebih menguntungkan pihak asing daripada yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia.
Ancaman lainnya adalah dampak negatif terhadap sektor lokal. Jika kerja sama ini terlalu banyak mengandalkan impor, petani dan produsen lokal bisa kehilangan pasar mereka. Padahal, pelibatan sektor domestik seharusnya menjadi prioritas untuk memperkuat ekonomi lokal dan menciptakan lapangan kerja.
Menyelaraskan Kerja Sama dengan Kepentingan Nasional
Kerja sama internasional adalah pedang bermata dua. Agar memberikan dampak positif maksimal dan meminimalkan kerugian, pemerintah harus bersikap bijak dalam merumuskan kerangka kerja sama. Pertama, penting untuk menetapkan syarat yang jelas dan mengutamakan keberlanjutan program di tingkat lokal.
Kedua, program ini harus dirancang untuk memprioritaskan pelibatan produsen lokal. Misalnya, bahan pangan yang disalurkan dalam program dapat diperoleh dari petani lokal, sementara kerja sama internasional difokuskan pada transfer teknologi atau peningkatan kapasitas tenaga kerja.
Ketiga, Indonesia harus memastikan bahwa kerja sama ini mendukung tujuan jangka panjang, seperti pembangunan infrastruktur pangan, alih teknologi, dan peningkatan pendidikan gizi masyarakat.
Penutup
Program Makan Bergizi Gratis adalah langkah berani untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Kerja sama internasional dapat menjadi katalis yang mempercepat keberhasilan program ini, asalkan dikelola dengan prinsip kemandirian dan keberlanjutan. Dengan pengawasan yang ketat dan kebijakan yang berpihak pada kepentingan nasional, program ini tidak hanya akan menjadi solusi jangka pendek, tetapi juga pondasi bagi masa depan Indonesia yang lebih sehat dan mandiri. Semoga, Fastabiqul khairat. (*)