Diagnosa dan Catatan Pilkada Serentak 2024

  • Bagikan
Mukhtar Tompo saat masih menjabat anggota DPR RI.

Pilkada serentak 2024 dapat menggiring bangsa pada disintegrasi; keadaan dimana bangsa tidak bersatu padu, terpecah belah, hingga hilangnya keutuhan dan persatuan. Dampak dari Pilkada telah mengoyak sendi-sendi persatuan bangsa. Semangat gotong royong hilang tergantikan sikap pragmatisme. Persatuan telah rusak. Siapa yang menyebabkan semua ini? Ya, tentu saja semua yang disebutkan sebelumnya. Dari presiden dan semua eksekutif, DPR dan semua legisltaif, semua yudikatif, juga semua akademisi, ormas, LSM, dan lainnya. Pembiaran atas berubah-ubahnya undang-undang hingga aturan teknis dapat terbaca sebagai kerusakan. Pilkada saat ini adalah pertarungan kapital yang dibungkus atas nama pesta rakyat atau pesta demokrasi. Punya uang yang punya kuasa, bahkan hampir saja melupakan Tuhan Yang Maha kuasa.

Apakah Pilkada serentak model 2024 akan masih dipertahankan di 2029? Kenapa mesti digelar Pilkada dengan model seperti ini? Apa urgensinya ketika dalam praktiknya sudah jauh menyimpang dari jalur dan tujuannya?

Bagi Paslon yang terpilih dengan proses yang buruk ini, mereka bisa kerja apa ketika telah terjebak masuk dalam lingkaran setan. Sebagian yang tampil karena mungkin telah ada niat buruk, atau mungkin saja dengan niat baik tapi terjebak dalam proses yang buruk ini. Ada yang maju sekedar gagah-gagahan, ada pula karena harga diri.

Pada akhirnya kita harus membuka mata dan hati, jika seluruh proses dan hasil Pilpres, Pileg, dan Pilkada ini telah menyita energi masyarakat bawah dalam rentetan waktu yang amat panjang dan melelahkan. Grassroot terlalu jauh dilibatkan di pesta demokrasi, berefek buruk dengan kurangnya produktifitas masyarakat pada sektor riil seperti petani, nelayan, dan lainnya. Proses panjang ini telah memantik terjadinya ketidakstabilan berbangsa dan bernegara. Persatuan dan kesatuan bangsa jadi kacau balau.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan