FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Visi Indonesia 2045 adalah cita-cita besar untuk menjadikan negeri ini sebagai negara berpenghasilan tinggi saat merayakan seratus tahun kemerdekaannya. Saat ini, Indonesia telah memasuki status negara berpenghasilan menengah, ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang solid serta penurunan signifikan angka kemiskinan ekstrem. Namun, jalan menuju status negara maju memerlukan langkah strategis, salah satunya dengan memperbesar populasi kelas menengah yang menjadi pilar utama pembangunan.
Tantangan ini semakin nyata dengan hadirnya bonus demografi yang diproyeksikan berlangsung hingga tahun 2030. Setelahnya, proporsi penduduk usia produktif diperkirakan akan terus menurun, dan pada tahun 2041 jumlah penduduk usia non-produktif akan melampaui penduduk produktif. Agar pertumbuhan kesejahteraan tetap berlanjut, penduduk usia produktif harus memiliki tingkat produktivitas yang tinggi. Sayangnya, rata-rata upah buruh Indonesia saat ini, yakni Rp3.267.618 per bulan, masih jauh dari standar negara maju yang dipatok pada Rp10 juta per bulan atau setara dengan US$10.000 per tahun.
Di sisi lain, perkembangan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), otomatisasi, dan transisi ramah lingkungan membawa perubahan besar dalam lanskap pasar kerja. Laporan “Future of Jobs Report” dari World Economic Forum memproyeksikan bahwa pada 2027, sekitar 23% pekerjaan akan berubah, dengan menciptakan 69 juta pekerjaan baru. Namun, perubahan ini juga menuntut keterampilan baru. Survei LinkedIn pada 2023 mengungkapkan bahwa keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja akan berubah hingga 65% dalam lima tahun mendatang, membuat banyak keterampilan saat ini menjadi tidak relevan.
Untuk menjawab tantangan ini, penting adanya program peningkatan keterampilan yang efektif, seperti yang telah diinisiasi oleh Program Kartu Prakerja sejak 2020. Dengan fokus pada peningkatan skill, reskilling, dan upskilling, program ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja yang dinamis. Denni Puspa Purbasari, Direktur Eksekutif Prakerja, mengungkapkan bahwa 92% peserta merasakan peningkatan keterampilan mereka setelah mengikuti program ini. Studi Asian Development Bank tahun 2023 juga menyebutkan bahwa Prakerja berhasil meningkatkan kompetensi dan produktivitas angkatan kerja hingga 83%.
Prakerja mengimplementasikan strategi dual approach melalui Initial Vocational Education and Training (IVET) dan Continuous Vocational Education and Training (CVET). IVET bertujuan untuk memberikan keterampilan dasar kepada lulusan baru, sedangkan CVET dirancang untuk pekerja yang sudah ada di pasar kerja, memungkinkan mereka untuk meningkatkan atau memperbarui keterampilan. Fleksibilitas ini memberikan peluang kepada pekerja, wirausaha, maupun masyarakat umum untuk tetap kompetitif di tengah tuntutan pasar yang dinamis.
Teknologi AI juga telah diintegrasikan dalam ekosistem Prakerja, memungkinkan sistem pembelajaran adaptif dan perencanaan karier yang lebih terarah. Portal kerja berbasis AI membantu mencocokkan pencari kerja dengan peluang yang sesuai, menciptakan ekosistem pasar kerja yang lebih efisien. Denni menegaskan pentingnya inovasi berkelanjutan untuk menghadapi tantangan masa depan. “Kita tidak bisa buang waktu. Memastikan keberlanjutan dan peningkatan dampak dari program-program yang ada adalah prioritas utama,” tegasnya.
Sebagai program digital pertama di Indonesia, Prakerja telah memberikan akses pelatihan kepada 18,9 juta masyarakat. Dengan transparansi yang tinggi, statistik program ini dapat diakses secara terbuka melalui portal resmi Prakerja. Dalam perjalanan menuju 2045, Prakerja diharapkan terus menjadi tulang punggung pengembangan kualitas SDM Indonesia.