Kearifan Lokal dan Dinamika Kehidupan Nelayan Nusantara

  • Bagikan
Ilustrasi. (AI)

Komunitas Orang Bajo di Kabupaten Bone memiliki pengetahuan mendalam tentang flora, fauna, dan tanda-tanda alam yang menjadi pedoman hidup mereka. Pengetahuan ini diwariskan dari generasi ke generasi sebagai bagian integral kehidupan mereka yang sangat akrab dengan laut.

Di Kepulauan Riau, masyarakat pesisir juga memanfaatkan tanda-tanda alam untuk menjalankan aktivitas sehari-hari sebagai nelayan, menunjukkan harmoni antara manusia dan alam.

Masyarakat pesisir Minahasa melakukan upacara labuang, sebuah ritual syukuran berupa penyerahan sesajen ke laut sebagai ungkapan terima kasih kepada penguasa laut atas hasil tangkapan.

Berbeda lagi dengan tradisi palebon atau ngaben di Jawa. Tradisi Hindu ini melibatkan pembakaran jenazah dan melarungkan abunya ke laut sebagai bagian dari siklus kehidupan.

Tradisi Pesisir dan Kesusastraan Maritim

Di Kalimantan Barat, masyarakat pesisir memiliki tradisi buang-buangan untuk menjaga hubungan harmonis dengan penghuni sungai, seperti buaya. Upacara ini dilakukan dengan membaca mantra dan memberikan sesajen di sungai.

Di Pulau Sumatera, tepatnya Pulau Brauh, seni masyarakat pesisir menjadi media syiar Islam yang sarat simbol kemaritiman. Hal ini menunjukkan bagaimana laut tidak hanya menjadi sumber kehidupan fisik tetapi juga spiritual.

Menjaga Laut untuk Masa Depan

Kearifan lokal ini mengajarkan pentingnya menjaga hubungan yang harmonis antara manusia, laut, dan budaya. Dengan menghormati tradisi dan menerapkan teknologi yang sesuai, diharapkan kehidupan masyarakat pesisir dapat lebih sejahtera tanpa mengorbankan kelestarian ekosistem laut yang menjadi penopang hidup mereka. (*)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan