FAJAR.CO.ID, GOWA -- Bermula dari lima lembar uang pecahan Rp100 ribu, sebuah sindikat uang palsu yang beroperasi di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar terbongkar.
Hebatnya, kunci awal pengungkapan ini berasal dari kejelian seorang petugas BRILink yang mencurigai uang tersebut saat digunakan untuk transaksi.
Petugas yang tidak disebutkan namanya itu kemudian melaporkan temuannya ke Polsek Pallangga, Kabupaten Gowa.
Berdasarkan laporan ini, penyelidikan mendalam langsung dilakukan Satreskrim Polres Gowa.
Hasilnya, pabrik uang palsu canggih ditemukan di perpustakaan kampus UIN Alauddin Makassar.
Dalam sebuah wawancara di televisi swasta, Kapolres Gowa, AKBP Reonald Simanjuntak, mengungkapkan bahwa sindikat ini menggunakan alat cetak seharga Rp600 juta yang didatangkan langsung dari China.
"Mereka juga sudah memesan tinta dari luar negeri yang harganya lebih dari Rp20 juta per jenis, namun tidak bisa masuk karena dibanned bea cukai," kata Reonald.
Proses pembuatan uang palsu pun tidak main-main, melibatkan 11 tahapan pencetakan yang rumit. Namun, sehebat apapun teknologinya, uang palsu ini tetap menyisakan celah.
Selain alat cetak, polisi juga menyita ribuan lembar uang palsu pecahan Rp100 ribu serta tinta impor senilai Rp15 juta hingga Rp20 juta per jenis.
Polisi mengidentifikasi dua pelaku utama di balik sindikat ini, yakni Annar Salahuddin Sampetoding dan Andi Ibrahim.
Keduanya diduga sebagai otak di balik operasi pemalsuan ini. Mereka dijerat Pasal 36 dan 37 KUHP, dengan ancaman hukuman minimal 10 tahun hingga maksimal seumur hidup.