Krisis China: Ujian Xi Jinping dan Dampaknya Bagi Indonesia

  • Bagikan
Bernard Haloho (Aktivis 98 dan Direktur Eksekutif Indonesia Democracy Bridge Research Institut (Ind-Bri))

Keteguhan Xi mengontrol kekuasaan dan masyarakat terinspirasi dari Arab spring. Baginya, China tidak boleh terjadi seperti itu. Oleh sebab itu kontrol kebebasan pers, media daring dan aktivitas masyarakat terus diawasi oleh sistem teknologi yang dirancang.

Baginya demokrasi dan kebebasan  sangat beresiko bagi negara sebesar China. Apalagi disaat orientasi politik luar negerinya ingin tampil dominan di panggung global.

Bagi Xi, ia lebih memilih kontrol sosial daripada pemberantasan korupsi. Ini merebak menjadi isu domestik bahwa pemberantasan korupsi hanya alat untuk menekuk lawan politiknya.

Namun, dampak kebijakan dari sentralisasi kekuasaan Xi mengalami kritikan keras dari publik seiring terjadinya turbulensi ekonomi domestik. Protes sosial semakin mengemuka di tengah anomi meluas.

Publik mencermati, ketegangan politik domestik juga sudah menyentuh di intinya altar kekuasaan Presiden Xi. Strategi mendukung Rusia dan ancaman kepada Taiwan disaat bersamaan menimbulkan dinamika tinggi di internal elit PKC dan KMP, sehingga merebak isu power struggle. Karena kebijakan tersebut dianggap membahayakan posisi China untuk masuk jalur bertabrakan dengan kepentingan sangat besar.

Ambisiusnya Xi melakukan modernisasi masif militer China yang didahului dengan mega proyek Belt and Road Initiative (BRI) sebagai jalur sutra modern meliputi empat benua menambah persaingan global semakin keras dimana China dianggap ancaman daripada mitra bagi negara-negara pesaing dalam konteks geopolitik, geoekonomi dan geostrategis.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan