Informasi mengenai kejadian ini ramai dibahas di media sosial, termasuk video yang menampilkan makam almarhumah.
Berdasarkan keterangan keluarganya, Yonih berangkat sendirian dengan berjalan kaki menuju agen gas yang berjarak sekitar 500 meter dari rumahnya.
"Beliau pergi untuk mengantre gas. Setelah menunggu sekitar satu jam, beliau mendapatkan gas dan pulang dengan berjalan kaki," kata saudara Yonih, Rohaya.
Dalam perjalanan pulang, Yonih sempat berhenti di dekat tempat laundry untuk beristirahat. Sesampainya di rumah, kondisi kesehatannya tiba-tiba menurun.
Saat hendak diajak bicara, Yonih tidak memberikan respons. Lalu beliau tiba-tiba pingsan.
Keluarga segera membawa Yonih ke Rumah Sakit Permata, namun dokter menyatakan bahwa nyawanya sudah tidak dapat diselamatkan.
Kejadian ini menimbulkan keprihatinan publik, terutama terkait sulitnya akses bagi masyarakat untuk mendapatkan kebutuhan pokok seperti gas elpiji bersubsidi.
(Muhsin/fajar)