Adapun dampak negative yang ditimbulkan diantaranya:
- Etika buruk
Menormalisasi kesalahan anak dengan kalimat ‘Namanya juga anak-anak’ justru akan membuat anak memiliki etika yang buruk.
Anak akan merasa semua yang dilakukan atau diucapkan selalu benar.
Hal ini tentu berdampak ketika ia mulai terjun ke lingkungan sosial. Anak akan terlihat liar dan tidak tahu sopan santun.
Misalnya saja anak bisa masuk ke rumah orang lain tanpa mengetuk pintu terlebih dulu. Bisa juga terjadi saat bertamu, anak justru berkeliaran kesana kemari di dalam rumah orang.
Bukan karena masih anak-anak sehingga kesalahan yang dilakukan adalah wajar, tetapi justru karena masih anak-anak mereka butuh diarahkan agar bisa memiliki etika yang baik.
- Anak tidak tahu adanya ranah privasi
Jika orang tua selalu mengatakan ‘Namanya juga anak-anak’, maka saat anak membuka kotak mainan mainan milik temannya, yang tertanam dipikiran anaknya adalah membuka barang milik orang lain tanpa izin bukanlah sebuah kesalahan.
Akhirnya, ketika tumbuh dewasa ia bisa saja memakai, meminjam, atau bahkan mengambil barang milik orang lain tanpa sepengetahuan dan seizin pemiliknya.
- Anak sulit berempati dengan sekitarnya
Anak-anak yang tidak pernah diajarkan mana yang benar salah, akan sulit berempati dengan orang-orang dan lingkungan sekitarnya.
Mereka akan bertindak semaunya tanpa berpikir tindakannya mungkin menyakiti atau merugikan orang lain.
Terlebih jika orang tua selalu melakukan pembelaan di hadapan anaknya secara langsung dengan dalih ‘Namanya juga anak-anak’.
(Besse Arma/Fajar)