Anas membeberkan bahwa tidak boleh ada rumus Indonesia gelap yang berlaku. Ada banyak bagian yang masih belum terang, masih gelap, bukan berarti Indonesia Gelap.
"Mengapa? Karena banyak bagian yang lain sudah cukup terang dan bergerak ke arah terang. Serta musti dipaksa untuk melalui jembatan emas itu menuju terang," jelasnya.
"Jadi, jika ada yang menyatakan awas Indonesia Gelap, kita tidak perlu menutup mata. Jika mata kita tertutup, malah mengonfirmasi gelap itu," sambung dia.
Anas kemudian mengajak publik untuk membuka mata, telinga, untuk mencerna pernyataan Indonesia Gelap sebagai energi bagi usaha-usaha terbaik menuju Indonesia Terang.
"Ungkapan Indonesia Gelap lebih baik dimaknai sebagai harapan besar untuk Pemerintah dengan para petugasnya untuk benar-benar berjalan pada jembatan emas dengan upaya-upaya terbaiknya menuju cita-cita Proklamasi," pintanya.
Anas mengatakan, Indonesia terang hakikatnya adalah terangisasi. Proses dinamis tanpa henti dan terus bertumbuh, melalui jembatan emas, menuju cita-cita sejatinya merdeka.
"Yakni ketika tidak ada lagi rakyat yang terbelenggu hidupnya, terjajah hidupnya, oleh realitas struktural dan kultural yang menista kemanusiaannya," terangnya.
Anas bilang, semua harus bergerak menuju Indonesia Terang. Termasuk yang sedang meneriakkan Indonesia Gelap.
"Kita yakin semua ingin negeri ini menjadi negeri yang semua sisi kehidupannya makin terang. Negeri yang nyaman dihuni oleh seluruh rakyatnya, tanpa kecuali. Indonesia Wajib Terang. Nusantara yang Bangkit," kuncinya.