FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Setelah melewati semua tahapan pilkada, akhirnya warga Jakarta memiliki pemimpin baru. Pramono Anung dan Rano Karno dilantik menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Daerah Khusus Jakarta (DKJ) periode 2025-2030 pada 20 Februari 2025.
Dalam lima tahun ke depan, 11 juta lebih warga Jakarta akan menantikan penunaian janji kampanye dan berbagai terobosan Pramono-Rano dalam mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi warga Jakarta.
Anggota DPD RI Dapil DKJ Fahira Idris mengungkapkan, sebagai kota global dan pusat ekonomi nasional, Jakarta menghadapi berbagai tantangan besar yang perlu segera diselesaikan. Warga Jakarta sangat berharap, kepemimpinan Pramono-Rano mampu menghadirkan solusi strategis yang dapat menjawab kebutuhan warga serta mempercepat pembangunan kota yang berkelanjutan dan inklusif.
“Alhamdulilah akhirnya Jakarta punya Gubernur dan Wakil Gubernur yang dipilih langsung oleh warganya. Selamat kepada Mas Pramono Anung dan Bang Rano Karno. Semoga amanah ini memberikan maslahat untuk kota Jakarta dan warganya. Tantangan Jakarta ke depan sangat terjal, namun selama orientasi pembangunan di Jakarta mengedepankan kepentingan publik dan digerakkan dengan semangat kolaborasi, maka masa depan kota ini akan cerah dan terus menyala,” ujar Fahira di Jakarta (20/2).
Menurut senator Jakarta ini, setidaknya terdapat tujuh tantangan utama yang perlu segera dibenahi oleh Pramono dan Rano. Pertama, transportasi publik yang terintegrasi dan efisien dengan meningkatkan integrasi antara MRT, LRT, TransJakarta, dan angkot JakLingko agar lebih efisien dan mudah diakses warga. Selain itu, subsidi transportasi umum guna mendorong masyarakat beralih dari kendaraan pribadi harus terus ditingkatkan.
Kedua, polusi udara dan kualitas lingkungan hidup. Selain menambah ruang hijau dengan membangun taman kota, hutan kota, dan taman vertikal, ke depan perlu regulasi ketat terhadap industri dan kendaraan bermotor untuk menekan emisi polutan.
Ketiga, penanganan banjir yang komprehensif. Program revitalisasi waduk dan sungai untuk meningkatkan daya tampung air harus dipercepat yang diiringi dengan menerapkan sistem drainase vertikal dan memperbanyak sumur resapan untuk mengurangi genangan. Pengembangan kebijakan berbasis ekologi seperti naturalisasi sungai dan pembangunan tanggul laut juga harus menjadi concern.
Keempat, pemerataan kesejahteraan dan ekonomi. Dalam lima tahun ke depan, program beasiswa KJP dan KJMU hingga perguruan tinggi untuk meningkatkan akses pendidikan idealnya terus diperluas sebagai daya ungkit kemajuan Jakarta. Meningkatkan akses pelatihan vokasi dan literasi digital bagi angkatan kerja menjadi terobosan untuk kualitas manusia dan lapangan kerja di Jakarta. Pertumbuhan UMKM dengan penyederhanaan regulasi dan kemudahan akses permodalan juga perlu terus didorong.
Kelima, pemerintahan modern dan akuntabel. Selain layanan publik dalam satu aplikasi digital seperti JAKI, lima tahun ke depan transparansi anggaran harus dengan sistem pengawasan berbasis digital. Sistem meritokrasi dalam rekrutmen dan promosi ASN guna meningkatkan profesionalisme pelayanan juga harus menjadi budaya kerja.
Keenam, identitas budaya di tengah modernisasi. Sebagai kota global, pembangunan di Jakarta harus dipastikan berbasis kearifan lokal. Selain itu, untuk mendukung pelestarian budaya Betawi dan kebudayaan lain yang berkembang di Jakarta, Dana Abadi Kebudayaan harus segera direalisasikan. Ke depan, Jakarta harus dipenuhi festival dan program edukasi di sekolah yang bertema seni dan budaya lokal.
Ketujuh, menjadikan Kepulauan Seribu sebagai wajah Jakarta. Pemerataan hasil pembangunan mulai dari konektivitas transportasi antarpulau, infrastruktur pendidikan, kesehatan, air bersih, ketahanan pangan dan energi/listrik, serta memastikan ketersediaan dan harga kebutuhan pokok di Kepaulauan Seribu tetap stabil, harus menjadi salah satu fokus dan program utama Gubernur dan Wakil Gubernur DKJ dalam lima tahun ke depan. Fahira Idris menegaskan bahwa, warga di Kepulauan Seribu harus merasakan kesetaraan pembangunan dengan wilayah Jakarta daratan.
“Semua tantangan besar ini perlu diselesaikan dengan pendekatan yang inovatif, inklusif, kolaboratif dan berkelanjutan. Dengan strategi yang tepat, Jakarta tidak hanya dapat mengatasi permasalahan mendesaknya tetapi juga mewujudkan visinya sebagai kota global yang maju, modern, dan berdaya saing tinggi,” pungkas Fahira Idris. (fajar)