Ia menekankan pentingnya penggunaan teknologi modern dalam pengembangan proyek tersebut, serta mengingatkan dampaknya terhadap masyarakat adat Papua.
Hal ini diungkapkan Syahganda saat hadir di acara podcast Bambang Widjojanto belum lama ini.
"Teknologi sekarang sudah maju. Kita lihat di Israel, Singapura, negara-negara kecil itu, teknologi pertaniannya luar biasa. Singapura itu pertaniannya di gedung-gedung. Jangan lagi kita terjebak pada satuan tanah," ujar Syahganda (15/1/2025).
Ia mengkritik pendekatan konvensional yang masih bergantung pada penguasaan lahan luas untuk sektor pertanian.
Menurutnya, solusi harus mengarah pada pemanfaatan teknologi agar tanah sempit tetap dapat menghasilkan secara optimal.
"Kita harus bicara teknologi, bagaimana memanfaatkan tanah yang tidak begitu luas tapi hasilnya bisa melimpah," tambahnya.
Syahganda juga menyoroti dampak sosial dari proyek tersebut terhadap masyarakat adat Papua.
Ia khawatir proyek food estate akan membawa migrasi penduduk dari luar Papua, seperti orang Jawa atau Bugis, yang berpotensi menggusur masyarakat lokal.
"Masuk ke Papua dan menguasai jutaan hektare itu perlu hati-hati. Orang Papua nanti bukan nggak mau kalian datang, tapi kalian datang kan bawa orang Jawa, orang Bugis," sebutnya.
"Masyarakat adat asli takutnya tergusur. Itu yang sudah terjadi di Sumatera," tegasnya.
Ia menekankan pentingnya langkah antisipatif dalam pelaksanaan proyek ketahanan pangan seperti food estate ini.
"Memang itu jarang diantisipasi, makanya kedepan harus hati-hati ketika program ketahanan pangan, rakyat harus gimana gitu loh," kuncinya.