"Kami sudah membuat rencana kerja terkait dengan bagaimana bisnis modelnya ke depan. PFN ini memiliki dua aset utama, yakni di Otista dan Tendean. Jika dapat dioptimalkan, aset-aset tersebut bisa menjadi modal bagi PFN untuk mengembangkan model bisnis pembiayaan film," ujar Yadi dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR RI di Jakarta, Senin.
Ia menjelaskan, pihaknya berencana menggandeng perusahaan konstruksi PT Nindya Karya (Persero) dalam merevitalisasi salah satu aset tanah bangunan milik PFN di Otista terlebih dahulu.
Konsepnya akan dibuat serupa dengan Lokananta yang berbasis musik, namun untuk PFN akan berfokus pada perfilman lokal.
“Jadi kita mau create suatu ekosistem di mana para insan perfilman itu punya tempat ngumpul lah istilahnya begitu. Seperti Taman Ismail Marzuki (TIM) tapi ini lebih spesifik kepada film yang lokal,” ujarnya.
Yadi menilai perlunya perbaikan model bisnis PFN mengingat saat ini pendapatan perusahaan produksi film pelat merah itu masih minim.
(Arya/Fajar)