FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Wakil Gubernur Maluku, Abdullah Vanath, menyoroti perilaku konsumtif masyarakat Muslim selama Ramadan yang dinilainya turut berkontribusi terhadap kenaikan inflasi di daerahnya..
Dikatakan Abdullah Vanath, konsumsi masyarakat cenderung meningkat drastis saat bulan Ramadan.
Hal ini, katanya, tidak hanya berpengaruh pada permintaan barang dan jasa, tetapi juga dapat memicu inflasi jika tidak dikendalikan dengan baik.
"Gubernur Maluku memberikan perhatian serius di bulan puasa," ujar Vanath dalam videonya yang beredar, Rabu (12/3/2025).
Ia menambahkan bahwa fenomena ini terjadi hampir setiap tahun dan menjadi faktor yang berkontribusi terhadap lonjakan harga di pasar.
"Jadi orang Islam ini belum makan tapi kalau malam makan banyak. Uang tarada tapi baju baru banyak," tukasnya.
Oleh karena itu, Gubernur Maluku meminta agar kondisi ini dipantau secara ketat di seluruh wilayah, terutama di 11 kabupaten/kota.
"Keadaan seperti ini, bisa menimbulkan inflasi. Gubernur perintahkan ini harus dipantau di 11 kabupaten/kota," imbuhnya.
Pernyataan ini pun menuai pro dan kontra. Sejumlah pihak setuju bahwa lonjakan konsumsi selama Ramadan memang bisa berdampak pada inflasi, namun cara penyampaiannya dinilai kurang bijak.
Salah satu tokoh yang mengecam pernyataan tersebut adalah Umar Hasibuan.
Pernyataannya ini menuai berbagai respons, termasuk kritik keras dari Tokoh Nahdlatul Ulama (NU), Umar Hasibuan, yang menilai pernyataan tersebut mengandung unsur SARA.
Umar menyebut komentar Wagub Maluku itu bernada SARA dan tidak pantas diucapkan oleh pejabat publik.
"Parah banget wagub ini bikin komentar SARA," ujarnya singkat.
Tak hanya Umar, beberapa warganet dan tokoh masyarakat juga menilai pernyataan tersebut dapat menyinggung umat Islam.
Mereka menekankan bahwa konsumsi meningkat saat Ramadan bukanlah sesuatu yang perlu disalahkan, melainkan bagian dari pola ekonomi yang sudah terjadi secara alami.
Di sisi lain, ada juga yang membela pernyataan Wagub Maluku dengan menilai bahwa yang ia sampaikan hanyalah bentuk keprihatinan terhadap kenaikan harga barang selama Ramadan.
Mereka berpendapat bahwa konsumsi yang berlebihan memang sebaiknya diantisipasi agar tidak menyebabkan gejolak ekonomi.
(Muhsin/fajar)