Suatu waktu Budu sempat meninggalkan anaknya untuk melanjutkan pendidikan di Jepang. Karena tidak sanggup berpisah lama, dia akhirnya memboyong anak dan istrinya ke negeri orang. Di sana lah awal mula anaknya mendapatkan pengalaman berharga menjadi tertib, pejuang, dan ramah ala negeri Sakura.
"Anak pertama saya laki-laki, Rizky Malik. Waktu saya melanjutkan pendidikan ke Jepang, anak itu sama neneknya. Dia cucu pertama di keluarga ibunya, jadi kayak didikan ala Bugis, penyayang dan penuh rasa hormat kepada yang lebih tua. Setahun kemudian, saya ajak ke Jepang, didikannya ala Jepang, disiplin, pejuang dan pekerja keras," kisahnya.
"Saya juga heran, anak saya selesai dokter memilih untuk tugas pengabdian di Gorontalo yang jauh dari keluarga. Tak lama sesudah itu dengan perjuangan yang kuat, terutama dari segi Bahasa Inggris, Rizky lolos kuliah Master Course di Glasgow University Scotland dengan beasiswa LPDP, sekarang ini dia sudah kembali ke tanah air dan berniat melanjutkan program doktoralnya di sana juga. Anak saya ini Hafids AlQur
an 30 Juz, bisa dites," ungkap Prof. Budu.
Dua tahun di Jepang, anak keduanya lahir, Aisyah Muthmainnah. Anak ini mandiri, sabar, telaten seperti ibunya dan dekat sekali dengannya. Sekarang sudah menjadi dokter dan tugas internship Kemenkes selama saru tahun. Sebelum masuk Kedokteran jalur tulis/UTBK dia mendapatkan pendidikan menengah di SMA Andalan Tinggi Moncong, Gowa.
Tinggal di sana selama 3 tahun, Pendidikannya keras, disiplin dan mandiri.
Sedangkan anak terakhir laki-laki, Afdal Amin, calon dokter juga, SMA Boarding School Insan Cendikia Madani di daerah Ciater Jakarta selama 3 tahun. Aktif organisasi dan olah raga. Saat di Insan Cendikia dia jadi salah satu nominator yang direkomendasikan sehingga bisa mengunjungi Pesantren Madani Nusantara asuhan Ustaz Shamsi Ali selama 2 bulan.