Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka.” (Al Mukminun: 60).
Aisyah Ra bertanya, “Wahai Rasulullah, orang-orang yang memberikan sesuatu yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut; apakah mereka itu orang yang mencuri, berzina, minum khamr, kemudian mereka takut kepada ALLAH?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak, wahai putri Abu Bakar. Mereka adalah orang yang shalat, berpuasa, bersedekah, namun mereka takut amal mereka tidak diterima.” (Hr. Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi).
’Ali bin Abi Thalib RA berkata hendaklah kalian lebih memperhatikan bagaimana agar amalan kalian diterima daripada hanya sekedar beramal. Tidakkah kalian menyimak firman ALLAH ’azza wa jalla, [إِنَّمَا يَتَقَبَلُ اللهُ مِنَ اْلمُتَّقِيْنَ] “Sesungguhnya ALLAH hanya menerima (amalan) dari orang-orang yang bertakwa.” (Al Maaidah: 27).”
Abdul Aziz bin Abu Rawad mengatakan, “Saya bertemu para sahabat, dan mereka adalah orang yang sangat sungguh-sungguh dalam beramal saleh. Setelah mereka selesai beramal, mereka bingung dan kuatir apakah amal mereka diterima ataukah tidak diterima di sisi ALLAH SWT.”
Marilah kita meneladani Rasulullah dan generasi sahabat, hati mereka merasa sedih seiring berlalunya Ramadlan. Mereka merasa sedih karena khawatir bahwa amalan yang telah mereka kerjakan di bulan Ramadlan tidak diterima oleh ALLAH SWT. Mereka (para sahabat) berdo’a kepada ALLAH selama 6 bulan agar mereka dapat menjumpai bulan Ramadlan berikutnya.