Suatu ketika, A’isyah melihat Nabi shalat malam hingga kakinya bengkak. Maka istri tercintanya itu bertanya, “Wahai Rasulullah, kenapa Anda melakukan ini padahal ALLAH telah mengampuni dosa Anda yang telah berlalu dan yang akan datang?” Beliau bersabda: “Apakah aku tidak suka jika menjadi hamba yang bersyukur?” (HR. Bukhari).
Contoh lainnya yang perlu diperbanyak dan terus dilakukan adalah menjaga shalat sunnah Rawatib yang berjumlah dua belas raka’at, yaitu empat raka’at sebelum shalat Zhuhur dan dua raka’at sesudahnya, dua raka’at sesudah Maghrib, dua raka’at sesudah Isya’ dan dua raka’at sebelum Subuh. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلِّي لِلَّهِ كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيضَةٍ إِلَّا بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ
”Seorang hamba yang senantiasa mengerjakan shalat karena Allah pada setiap harinya sebanyak dua belas raka’at dalam bentuk shalat sunnah dan bukan termasuk shalat wajib, maka niscaya Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah di dalam surga.” (HR. Muslim).
Ini berarti ada hal lebih penting setelah diberi taufik untuk beramal, yaitu rasa syukur kepada Nya yang dimanifestasikan dalam amalan-amalan shalih selanjutnya yang berkesinambungan.
Maasyiral muslimin dan muslimat jamaah Idul Fitri yang dirahmati oleh ALLAH SWT
Marilah kita berdoa semoga kita mampu terus menjaga, mengabadikan dan bahkan membudayakan amal-amal kebaikan kita yang selama ini lakukan. Sebagian orang bijak mengatakan diantara balasan bagi amalan kebaikan adalah amalan kebaikan yang ada sesudahnya. Sedangkan hukuman bagi amalan yang buruk adalah amalan buruk yang ada sesudahnya.