Oleh karena itu barangsiapa mengerjakan kebaikan kemudian melanjutkannya dengan kebaikan lain, maka hal itu merupakan tanda atas terkabulnya amal pertama. Demikian pula sebaliknya, jika seorang melakukan suatu kebaikan lalu diikuti dengan amalan yang buruk maka hal itu merupakan tanda tertolaknya amal yang pertama.
Jika ALLAH SWT menerima amal seorang hamba, pasti Dia menolongnya dalam meningkatkan perbuatan baik setelahnya. ALLAH SWT berfirman,
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى .وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى .فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى
”Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga). Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.” (Al Lail: 5-7).
Tentu hari ini kita berharap agar kebaikan-kebaikan kita yang telah kita tunaikan selama ini kuantitas dan kualitasnya bisa kita tingkatkan. Jangan lah amalan kebaikan kita ini bahkan menjadi surut dan berkurang apalagi jika kita menggantinya dengan perbuatan maksiat maka ini berarti kita termasuk kelompok orang yang membalas kenikmatan dengan kekufuran.
Hal ini tentu menjadi petanda puasa dan ibadah lain kita tidak akan diterima. Kita bagaikan orang yang membangun sebuah bangunan megah lantas menghancurkannya kembali. ALLAH ta’ala berfirman:
وَلا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا
“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai kembali “(An-Nahl: 92).