Dengan larangan ini, Bali mengambil langkah besar dalam perang melawan sampah plastik, khususnya terhadap produsen AMDK yang terus memproduksi kemasan gelas, bungkus sedotan, dan sedotan plastik sekali pakai.
Brand Audit Sungai Watch
Laporan Brand Audit 2024 oleh Sungai Watch mengungkap salah satu penyumbang utama sampah plastik di Bali adalah air minum kemasan gelas berukuran 220 ml yang didominasi oleh Aqua. Aqua menyumbang sampah plastik di Bali dengan 10.334 item sampah kemasan gelas.
Secara keseluruhan, Danone menjadi salah satu perusahaan pencemar terbesar di Bali dan Jawa Timur dengan 39.480 item sampah, mencakup tidak hanya gelas plastik, tetapi juga bungkus sedotan, dan sedotan plastik yang semuanya berbahan dasar plastik sekali pakai.
Posisi ini sudah ditempati oleh perusahaan multinasional asal Prancis ini selama empat tahun berturut-turut. Sampah-sampah Danone yang tak terkelola dan terutama berserakan di badan-badan air, terdiri dari 65 persen Aqua botol, 30 persen Aqua gelas, dan dan sisanya dari tutup galon, bungkus sedotan, serta sedotan, yang semuanya dibuat dari plastik sekali pakai.
Ironisnya, Danone masih mengklaim bahwa produk mereka 100% dapat didaur ulang. Namun, kenyataan di lapangan berbeda. Kemasan gelas, bungkus sedotan, dan sedotan plastik yang diproduksi Danone justru menjadi jenis sampah yang paling sulit dikumpulkan dan didaur ulang karena ukurannya kecil serta nilai ekonominya rendah.
Dalam laporan Brand Audit tersebut, Sungai Watch secara khusus juga menyoroti strategi Danone untuk menghindari sorotan publik terhadap kemasan kecil mereka. Danone menghapus produk Aqua gelas 220 ml dari situs web resminya dan menggantinya dengan produk baru Aqua Cube 220 ml.