Jejak Awal Orang Tionghoa di Makassar, dari Pedagang Sutra hingga Penguasa Perdagangan Kulit Penyu

  • Bagikan
Ilustrasi. (IST)

Sebuah tulisan tahun 1932 oleh Soehonghie, seorang keturunan Tionghoa dari Ampenan, menyebutkan bahwa para perantau pertama dari Tiongkok yang tiba di Makassar berasal dari Provinsi Fujian. Saat itu, Makassar masih sepi, belum ada kapal-kapal Eropa, dan hanya satu jung besar dari Tiongkok yang berlayar setiap tahun, membawa ratusan penumpang.

Jung, Arak, dan Perdagangan Global

Kehadiran orang Tionghoa mulai tercatat lebih jelas saat Makassar menjadi pusat kerajaan Gowa-Tallo. Seorang kepala loji Inggris bernama George Cockayne melaporkan pada tahun 1615 bahwa ia menjual beras kepada seorang Tionghoa di Makassar yang memiliki usaha penyulingan arak. Menariknya, di tengah masyarakat lokal yang mayoritas Muslim, arak ini tampaknya dikonsumsi oleh kalangan Eropa dan Tionghoa.

Di tahun yang sama, sebuah jung Tionghoa tiba membawa sutra, porselen, dan barang dagangan lain yang dijual lebih murah daripada di Banten. Laporan dari tahun 1619 menyebut bahwa jung tersebut adalah yang pertama kali tiba di Makassar, meski ini patut ditinjau ulang karena kemungkinan ada jung sebelumnya yang tidak tercatat secara resmi.

Asimilasi dan Perkawinan Antarbangsa

Sebuah kisah menarik muncul dari naskah Melayu berjudul Sedjarah Melajoe di Makassar, yang menceritakan tentang seorang pedagang Tionghoa Muslim yang hijrah ke Sulawesi Selatan, mungkin karena kekacauan politik di akhir Dinasti Ming.

Ia menikahi putri bangsawan lokal dari Sanrabone dan kemudian keturunannya menikah dengan keluarga bangsawan lainnya. Perpaduan ini menunjukkan betapa eratnya integrasi orang Tionghoa dengan masyarakat Melayu di Makassar.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan