Sejumlah pihak menilai, siapa pun yang terpilih nantinya, akan menjadi kunci konsolidasi partai menjelang Pemilu 2029 mendatang.
Pengamat Politik Universitas Hasanuddin Risal Pauzi mengatakan, menjemput 2029 mestinya memang Partai politik harus melakukan regenerasi kelembagaan.
Dikatakan Risal, berdasarkan hasil risetnya, konflik di internal partai pada level bawah menjadi penyebab menurunnya elektabilitas dan mesin Partai.
"Jadi, itu yang membuat sistem Partai sekarang beda-beda, lebih sederhana dalam pemilihannya. Salah satunya, evaluasi kinerja, capaian dalam pemilu. Kalau Partai salah satu yang paling diukur adalah perolehan suara Pileg," ujar Risal kepada fajar.co.id, Selasa (28/1/2025).
Kata Risal, hal yang sama berlaku pada PAN. Perlu melakukan regenerasi kepemimpinan.
"Kita melihat sekarang di DPRD Sulsel tidak ada lagi pimpinan dari PAN. Kalau dulu waktu pak Kahfi di periode pertama kan Wakil Ketua. Sekarang tidak lagi menjadi pimpinan," sebutnya.
Melihat catatan tersebut, Risal menuturkan bahwa PAN tidak lagi masuk ke dalam jajaran lima Partai pemenang di Sulsel.
"Menurut saya itu menjadi acuan perlunya regenerasi kepemimpinan," ucapnya.
Lanjut Risal, mengenai figur pengganti Kahfi, PAN harus melihat beberapa sosok yang betul-betul dianggap bisa menjadi penerus.
"Apalagi pak Kahfi sudah di DPR RI, pernah menjabat ketua komisi, tentu regenerasi di wilayah perlu diberi kesempatan. Ini diberi kesempatan kepada kader-kader PAN yang menang di Pilkada," imbuhnya.
Beberapa figur yang menang di Pilkada itu yang dimaksud Risal, seperti Chaidir Syam di Maros dan Husniah Talenrang di Gowa.