Kartini memperlihatkan kecerdasan dan kepekaan sosialnya, juga keberanian untuk menggugat struktur sosial yang timpang dan membungkam suara perempuan.
Surat kepada Stella adalah cermin dari pertemuan lintas budaya yang menghidupkan solidaritas, serta semangat zaman yang tak terbendung.
- Kegundahan dan Kebimbangan
Dibalik tirai perjuangan Kartini didorong oleh Tuan dan Nyonya Abendanon, pasangan yang menjadi pendukung
Dengan adanya sosok yang mendukung keberanian Kartini, sehingga kegundahan dan kebimbangannya tersampaikan dengan jujur dan mendalam melalui korespondensinya juga diskusi untuk menentukan yang terbaik
Dalam surat-surat yang ditulis Kartini, ia juga mengungkapkan kerinduannya akan kebebasan, hasratnya untuk belajar, dan harapannya terhadap masa depan perempuan di tanah airnya.
- Panggil aku kartini
'Panggil Aku Kartini' merupakan kalimat yang menjadi nyawa utama dari pertunjukan ini, membuka ruang perenungan atas isi-isi surat yang penuh keberanian, cintah kesedihan, amarah, dan harapan.
Pembacaan dilakukan dengan pendekatan yang beragam untuk menghidupkan kembali isi hati dan pikiran Raden Ajeng Kartini lewat surat-suratnya yang abadi.
Dibuka dengan prolog Ratna Riantiarno untuk mengantarkan pementasan pembacaan Surat-surat Kartini dan gagasannya dengan melibatkan peristiwa penyusunan surat-surat Kartini secara historis.
Selanjutnya, aksi peran Christine Hakim dan Marsha Timothy, menyuarakan gagasan Kartini tentang pentingnya kesadaran akan kemajuan pendidikan.
Chelsea Islan, Cinta Laura, Luthesa, dan Bagus Ade Saputra, mengangkat pemikiran Kartini mengenai norma dan nilai sosial yang dibentuk oleh bias gender, serta fragmen tentang kebebasan dan harga diri perempuan.