“Banyak orang yang tidak sadar, apa dampaknya ketika menerima informasi cepat. Ada yang menganggap enak, tapi belum tentu otak bisa menerima kondisi secepat itu. Jadi itu yang kita ulik dari sisi psikologis seperti apa, dan klinisnya seperti apa,” terangnya.
Ketua APPI Sulawesi, Eka Damayanti mengatakan seminar itu berasal dari semangat APPI Sulawesi mewujudkan kesejahteraan psikologis masyarakat Sulawesi. Melalui layanan yang adaptif, inovatif, dan berbasis pada kearifan lokal.
“Karena penggunaan digital semakin besar, fenomena popcorn brain tidak bisa dihindari. Sudah mulai tampak masyarakat mengalami penurunan kemampuan fokus, meningkatnya kecemasan, gangguan tidur, bahkan depresi,” ujar Eka.
Karenanya, pihaknya mengaku. masyarakat perlu dibekali informasi untuk ancaman serius terhadap ketahanan kognitifnya.
“Oleh karena itu mengangkat tema “Popcorn Brain dan Strategi Mengatasinya: Membangun Ketahanan Kognitif di Era Digital” dalam diskusi akademik dan praktis menjadi sangat relevan sesuai kebutuhan,” imbuhnya.
Seminar itu, menghadirkan tiga pembicara, di antaranya Ketua APPI Pusat Dr. Weny Safitry S. Pandia, M.Si., Muhammad Nur Akbar, S.T., M.T., dan Andi Tri Supratno Musrah, S.Psi., M.Sc., Ph.D.
Kemudian Keynote Speaker, Arif Jamali Muis, M.Pd., selaku Staf Khusus Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah bidang Penguatan Pembelajaran dan Sekolah Unggul.
Weny mengatakan, pada dasarnya anak perlu dipersiapkan dengan baik. Agar bijak menggunakan teknologi yang ada.
“Dampak popcorn brain dapat dihindari dengan pengasuhan dan pendampingan belajar yang tepat,” terangnya.