Ia menyoroti bahwa banyak pasien justru merasa stres ketika melihat angka CD4 yang sedikit menurun, padahal penurunan itu bisa disebabkan banyak faktor yang tidak berkaitan langsung dengan HIV.
Zubairi menyarankan agar pasien lebih fokus pada kondisi nyata kehidupan mereka daripada angka-angka laboratorium.
“Saya sering melihat pasien yang sehat, bekerja, dan hidup bahagia, tiba-tiba dirundung kecemasan hanya karena melihat angka CD4 yang sedikit turun… Jadi, alih-alih fokus pada angka di hasil laboratorium, fokuslah pada kehidupan nyata,” ujar dia.
Menurut Zubairi, bagi perempuan penyintas HIV, kesehatan bukan hanya tentang hasil tes, tetapi tentang bagaimana mereka menjalani kehidupan sehari-hari.
“Kesehatan adalah kemampuan untuk bangun pagi, mengantar anak ke sekolah, bekerja, dan pulang dengan senyum. Kesehatan adalah kemampuan untuk mendengarkan cerita anak-anak, bukan hanya menasihati. Kesehatan adalah kekuatan untuk memberikan cinta, meski terkadang harus berjuang melawan kecemasan sendiri,” ungkapnya.
“Ingat, HIV bukan penghalang untuk bermimpi, bekerja, atau menjadi ibu yang penuh kasih. Itu adalah bagian dari hidup, tapi bukan definisi dari siapa Anda sebenarnya”, pungkasnya.
(Wahyuni/Fajar)