Dokumen itu menjadi pondasi The American System yang kemudian populer.
Anthony menguraikan bahwa kebijakan proteksi dan subsidi dijalankan oleh AS secara konsisten selama hampir 150 tahun, terutama untuk melindungi industri dalam negeri, termasuk industri yang masih berkembang (infant industry).
Kebijakan ini bertahan dari era Hamilton hingga awal abad ke-20, dan tarif impor AS bahkan pernah mencapai lebih dari 60 persen.
Ia juga menyinggung krisis dalam negeri akibat kebijakan tersebut, seperti nullification crisis pada era Presiden Andrew Jackson, yang sempat memicu ancaman disintegrasi dari negara bagian Carolina Selatan.
Namun Jackson bersikukuh, bahkan mengirim tentara untuk mempertahankan keputusan menaikkan tarif demi industri nasional.
Anthony menyebut kebijakan protektif turut menyumbang kemajuan ekonomi dan industri AS yang akhirnya mengungguli Inggris, sebagaimana dibuktikan dalam Perang Dunia I dan II.
Bahkan, The London Daily Mail pada 1900 menyebut Inggris telah kalah bersaing dalam berbagai sektor industri terhadap manufaktur AS.
Presiden Theodore Roosevelt pun pada 1902 menegaskan bahwa sistem proteksi telah membawa kemakmuran bagi rakyat AS dan tidak seharusnya digantikan atau diubah secara radikal.
Setelah Perang Dunia II, demi mendukung pemulihan ekonomi global, AS menurunkan tarif impornya secara sukarela.
Namun kebijakan ini berbalik arah ketika Trump naik kembali sebagai presiden. Ia menilai defisit perdagangan AS yang berlangsung sejak 1970 tidak lagi bisa ditoleransi, dan memutuskan mengembalikan sistem proteksi lewat kebijakan tarif tinggi.