Prosedurnya, ketua kloter diminta aktif mendata jemaah yang terpisah dari pasangan atau keluarganya, dan mengirimkan laporan ke sektor tempat tinggal. Data itu selanjutnya diproses oleh Tim Daker Makkah. Targetnya, proses penggabungan dilakukan maksimal 1x24 jam setelah jemaah tiba di Makkah.
“Nanti kartu Nusuk-nya pun akan disesuaikan. Diupayakan bergabung ke kloter yang mayoritas. Ketersediaan kamar juga disesuaikan. Semua dilakukan berdasarkan koordinasi dengan sektor dan Daker Makkah,” imbuhnya.
Menurut Muchlis, penggabungan seperti ini juga telah terjadi secara informal. “Sudah banyak yang menggabungkan diri secara tanda kutip diam-diam, walaupun sebenarnya tidak dibenarkan,” ujarnya.
Untuk mencegah kebingungan dan mempercepat proses layanan, saat ini juga telah ditunjuk koordinator dari masing-masing syarikah untuk membantu penggabungan ini secara administratif. Petugas lapangan juga dibekali informasi tambahan agar bisa cepat menyesuaikan data jemaah berdasarkan hotel dan layanan syarikah.
Muchlis menyadari bahwa perubahan sistem dari skema kloter menjadi skema syarikah memang tidak mudah. Namun, ia berharap semua pihak dapat bersinergi dan fokus untuk memberikan pelayanan terbaik kepada para tamu Allah.
“Kami memahami ini tidak mudah dan menimbulkan ketidaknyamanan. Tapi mari kita jadikan ini sebagai bagian dari proses penyempurnaan penyelenggaraan ibadah haji yang lebih tertib, aman, dan manusiawi,” pungkasnya. (fajar)