Selain pengobatan, sebenarnya selama ini kita juga telah dibekali dengan vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG) yang menjadi satu-satunya vaksin TBC yang tersedia. Hanya saja Vaksin ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1921 dan umumnya efektif diberikan kepada bayi atau anak-anak untuk mencegah bentuk TBC yang parah. Sayangnya, seiring bertambahnya usia, perlindungan dari vaksin ini menurun. Orang dewasa pun menjadi kelompok yang lebih rentan tertular TBC. Data Kemenkes menunjukkan bahwa kelompok usia produktif (25–45 tahun) justru menjadi penyumbang kasus TBC terbanyak. Inilah alasan utama mengapa dunia butuh vaksin TBC yang lebih efektif untuk orang dewasa. Vaksin baru ini pun bukan dikembangkan dalam semalam. Prosesnya sudah dimulai sejak awal tahun 2000. Indonesia sebagai negara dengan beban TBC tertinggi kedua di dunia tentu punya peran dan andil dalam mendukung solusi global. Salah satunya dengan berpartisipasi dalam uji klinis vaksin.
Satu di antara Vaksin TBC yang dikembangkan
Penting diketahui bahwa saat ini ada sekitar 17 kandidat vaksin TBC yang juga tengah dikembangkan di dunia. Salah satu yang menjanjikan adalah vaksin M72, yang didanai oleh Bill & Melinda Gates Foundation. Vaksin ini pun sudah masuk uji klinis tahap 3 dengan total 20.081 partisipan dari lima negara. Afrika Selatan menyumbang jumlah partisipan terbanyak, disusul Kenya, Indonesia, Zambia, dan Malawi. Indonesia sendiri melibatkan sekitar 2.095 orang dalam uji klinis ini.
Belajar dari vaksinasi Covid-19 yang masih segar dalam ingatan, kita pun mesti bijak memahami bahwa semua vaksin termasuk vaksin M72 ini harus melewati tahapan panjang sebelum bisa digunakan secara lebih luas. Dimulai dari uji coba di laboratorium dan pada hewan (tahap pra-klinis), dilanjutkan dengan tiga fase uji klinis pada manusia. Semua tahapan ini diawasi ketat oleh lembaga pengawas di masing-mas ing negara, seperti BPOM di Indonesia. Tak satupun vaksin bisa langsung diberikan tanpa izin resmi dan pengawasan ketat.