Zulhas Hanya Punya Satu Pilihan, Nego atau Tersapu

  • Bagikan
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan saat menyerahkan 580 bakal calon legislatig (Caleg) ke KPU RI di Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (12/5). (Istimewa)

Ketika terjadi konflik di tingkat bawah, bukannya menyelesaikan secara adil, konflik justru diselesaikan dengan bagi-bagi posisi atau insentif.

"Ia tidak menjahit luka, tapi menutupnya dengan uang saku. Praktis. Efektif. Tapi jangka pendek. Dan akhirnya partai tumbuh seperti tubuh yang penuh tambalan,” tambah Jengiskan.

Ia juga mengkritik pendekatan elitis Zulhas yang lebih mengandalkan jaringan kekuasaan di pusat ketimbang mendengarkan suara kader di akar rumput. Menurut Jengiskan, ini membuat partai kehilangan arah perjuangan yang autentik.

“Zulhas paham satu hal penting, jaringan istana lebih kuat dari suara akar rumput. Maka ia tak peduli berapa banyak kader muda yang kecewa, asal satu dua elit kekuasaan tersenyum,” jelasnya.

Jengiskan bilang, Zulhas merupakan figur yang sangat fleksibel secara politik, tetapi justru kehilangan identitas ideologis. Baginya, sikap yang terlalu pragmatis bisa menjadi kelemahan fatal di masa depan.

“Zulhas bukan ancaman karena kekuatan intelektualnya. Ia berbahaya karena tidak punya beban ideologis… seperti algoritma Google, berubah sesuai tren,” katanya.

Tambahnya, kekuasaan tanpa fondasi nilai akan mudah runtuh jika tantangan datang dari generasi muda yang membawa keberanian dan semangat perubahan.

"Maka saat kader muda bangkit, saat akar rumput mulai bersuara, Zulhas hanya punya satu pilihan, bernegosiasi, atau tersapu,” kuncinya. (Muhsin/Fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan