FAJAR.CO.ID -- Lapangan kerja di Indonesia masih sangat sulit. Tidak sedikit yang memilih berada di luar pasar tenaga kerja daripada bekerja dengan gaji di bawah ekspektasi.
Sorotan sulitnya mendapatkan lapangan kerja yang ditandai dengan tingginya angka pengangguran pemuda di Indonesia menjadi sorotan media Al Jazeera.
Para ekonom yang diwawancarai media Al Jazeera mengungkap banyakya faktor penyebab tingginya angka pengangguran anak muda di Indonesia.
Faktor penyebab pengangguran mulai dari undang-undang ketenagakerjaan yang kaku hingga upah rendah yang tidak mampu menarik tenaga kerja cakap.
“Banyak orang memilih untuk berada di luar pasar tenaga kerja daripada harus bekerja dengan gaji di bawah ekspektasi,” kata ekonom di Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Adinova Fauri di Jakarta, kepada Al Jazeera.
Al Jazeera juga mengungkap kekecewaan anak muda pada sulitnya mencari lapangan kerja memuncak dalam aksi protes mahasiswa yang membentuk gerakan Indonesia Gelap pada Februari lalu.
Dalam laporan Al Jazeera, para ekonom berpendapat ada beberapa penyebab anak muda Indonesia banyak yang menganggur. Penyebabnya antara lain, undang-undang ketenagakerjaan yang kaku sehingga menyulitkan perekrutan.
Selain itu, upah di Indonesia yang rendah sehingga tidak menarik bagi tenaga kerja berkualitas.
Menurut Al Jazeera, tingkat pengangguran nasional Indonesia memang sekitar 5 persen. Akan tetapi, banyak pekerjaan yang tersedia bersifat tidak stabil dan bergaji kecil.
Hal tersebut terlihat dari sekitar 56 persen pekerja berada di sektor informal yang rentan dan tanpa jaminan sosial.
"Pekerjaan yang layak juga tidak banyak tersedia, jadi orang beralih ke sektor informal yang produktivitas dan perlindungannya lebih rendah," ujar Ekonom CSIS Indonesia Adinova Fauri.
Media Al Jazeera menyoroti isu tingginya angka pengangguran di Indonesia dalam laporannya pada Jumat, 18 Juli 2025.
Jaringan media yang berkantor pusat di Qatar itu mengambil data statistik pemerintah yang menyebut sekitar 16 persen dari 44 juta kaum muda Indonesia (berusia 15-24 tahun) tidak memiliki pekerjaan. Bahkan, angkanya salah satu tertinggi di Asia.
"Indonesia memiliki salah satu tingkat pengangguran pemuda tertinggi di Asia. Sekitar 16 persen dari 44 juta warga Indonesia usia 15-24 tahun tidak bekerja, menurut data pemerintah. Angka itu lebih dari dua kali lipat dibanding tingkat pengangguran pemuda di Thailand dan Vietnam," demikian petikan artikel bertajuk 'Indonesia has 44 million youths. It's struggling to get them jobs'.
Selain itu, optimisme kelompok pemuda terhadap kondisi ekonomi juga lebih rendah dibandingkan negara tetangga di ASEAN.
Survei yang dirilis oleh ISEAS-Yusof Ishak Institute di Singapura pada Januari lalu menunjukkan anak muda Indonesia memiliki pandangan yang jauh lebih pesimistis terhadap kondisi ekonomi dan pemerintahan dibanding anak-anak muda di Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Vietnam.
Berdasarkan survei tersebut, hanya sekitar 58 persen anak muda Indonesia yang menyatakan optimis terhadap rencana ekonomi pemerintah. Angka ini jauh di bawah rata-rata 75 persen dari enam negara tersebut. (*)